Keesokan harinya, Dirga masih belum bisa menemui Abel karena lagi-lagi jadwal kuliah yang padat. Dia bingung harus bagaimana mengajak Abel bicara sedangkan handphonenya tidak pernah aktif.
Ketika di kampus, cowok itu pun menelepon Lia. Berharap sahabat lamanya mau membantu.
"Lo sibuk kuliah, ya?"
"Iya, Ga. Ada apa?"
"Bisa bantu Abel?"
"Abel? Kenapa?"
"Belakangan ini dia suka murung. Gue 'nggak bisa bicara sama dia."
"Lah, Abel juga blokir nomor gue. Gue kira dia 'nggak mau lagi kita sahabatan."
"Kayaknya dia punya masalah berat. Gimana, lo ada ide?"
"Sorry, Ga. Bukannya gue 'nggak mau bantu Abel. Gue di sini sibuk, kuliah, kerja sampingan juga. 'nggak bisa kalau harus ke Surabaya waktu-waktu ini."
"Ya udah. Ntar gue kasih kabar kalau Abel baikan. Baik-baik lo di sana."
"Oke. Lo juga, Ga, bye."
Sesingkat itu percakapan virtual mereka sekarang. Dirga juga tidak bisa menuntut banyak kepasa Lia karena memiliki kesibukan yang sama.