Ibu baru saja selesai mandi. Beliau kini duduk di tepi ranjang, menatap ke luar jendela bertirai tipis yang berkelebat tertiup angin malam.
Teringat seorang anak yang sudah pergi dari kehidupannya. Dia tidak akan kembali. Tak terasa, air bening mengalir dari sudut mata yang mulai tampak keriput itu. Masa lalunya kembali, masa lalu yang menyakitkan. Ibu terisak sendirian, bayangan suaminya yang telah tiada pun menghantui.
Tok! Tok!
"Bu ... sudah tidur?" tanya Erik membuat wanita paruh baya itu cepat-cepat menghapus air matanya.
"Belum, Nak." Beliau menyahuti. Kemudian, menyeka sudut mata yang basah itu, lantas membukakan pintu kamar dan memersilahkan putranya masuk.
Mereka duduk bersebelahan. Erik tidak mengerti apa yang membuat ibu sedih, dia pun tersenyum tipis sembari bertanya, "Sudah dapat tiketnya, Bu?"
"Sudah, Rik, berangkat jam delapan pagi besok," jawab ibu sembari melempar senyuman.