Baru satu jam, Lia merasa sangat mengantuk. Dia tidak tahan lagi sehingga tidur dengan posisi bersandar pada Erik. Sementara cowok itu sedang sangat fokus pada film sampai tidak menyadari jika gadis di sampingnya sudah terlelap.
Begitu film selesai, Erik baru melirik Lia yang sedari tadi terdiam. Lumayan kaget melihat Lia sudah mendengkur halus dengan rambut berantakan ke depan wajahnya. Erik pun menyibakkan rambut tersebut untuk diselipkan di belakang telinga, seketika ia bisa melihat wajah ayu Lia sedekat itu--hanya berjarak satu jengkal saja wajah mereka berdua.
"Satu minggu, akan menjadi waktu yang sangat singkat, Li. Gue nggak tahu musti gimana biar bisa tetap sama-sama sama lo, tapi nggak ada pilihan lain. Ibu dan adek butuh gue. Semoga suatu saat nanti kita dipertemukan lagi oleh takdir yang tidak bermaksud memisahkan untuk kedua kalinya." Erik menyapu lembut pipi chubby Lia yang semulus kapas. Bersih tanpa jerawat satu pun di sana.
