Setelah keluar dari rumah sakit, Dirga menuju sebuah kafe tak jauh dari rumah sakit itu. Dia hanya ingin duduk tanpa ada seorangpun yang menyapanya. Secangkir es kopi yang ia pesan sudah datang, tapi belum ada niat untuk meminumnya. Duduk sendirian di kafe ramai seperti itu memang ujian berat, mengingat beberapa pengunjung saling berpasang-pasangan.
Namun, Dirga tidak peduli. Lagipula dia belum pernah memiliki pengalaman duduk berdua dengan cewek yang spesial, seperti Lia, yang kini tidak spesial lagi di hatinya.
Tidak ada yang ia lakukan kecuali melamun. Ketika tiba-tiba seseorang membungkuk di dekat mejanya karena ingin mengambil ikat rambut yang terjatuh. Seketika rambut hitam dipadukan dengan warna kecoklatan di bagian bawahnya tergerai indah di depan mata Dirga.
Begitu cewek itu berdiri tegak, sungguh membuat Dirga takjub. "Cantik," batinnya.