Chereads / Imperfect Boyfriend / Chapter 18 - Pergi Ketika Malam Pertama

Chapter 18 - Pergi Ketika Malam Pertama

Mendengar nama seseorang yang tidak asing baginya, membuat Dani mengerutkan kening seraya memandang Dirga saat berjalan ke arah sofa. 

"Terus kalian mau gimana sekarang? Atau mau ke rumah Kakak gue aja?" Dirga melirik Rindu dan Dani. 

"Ya udah kalau gitu, besok pagi gue bantu kalian. Salam buat Abel, deh, Li. Sampai ketemu besok," ucapnya yang kemudian mengakhiri panggilan. 

"Siapa, Ga?" tanya Rindu. 

"Temen." Dirga menjawab singkat karena sedang fokus mengetik di handphonenya. 

"Bantuin apa?" Kakak perempuannya bertanya lagi. 

"Ini … dia tuh lagi nyari pacarnya. Sudah satu minggu nggak kasih kabar katanya, semalam kita berangkat bareng kesini. Dia sama teman satu lagi langsung nyari tuh cowok," jelas Dirga. 

Deg! 

Jantung Dani merasa terancam oleh ucapan adik ipar. "Mungkinkah itu Abel pacar kecilku?" pikirnya. 

"Terus mereka mau nginep di mana?" Rindu masih terus bertanya. 

"Katanya mau nginep di hotel. Ada di dekat sini, kok. Hotel Sanjaya," ujar Dirga. 

"Bel, kalau betul itu kamu, aku minta maaf." Dani membatin. 

"Ummm … kalau belum ketemu tempat menginap, suruh kesini aja. Boleh kan, Sayang?" kata Rindu seraya meraba dagu suaminya. 

Dani tersentak dari lamunan. "Oh, iya, boleh aja," jawabnya terbata-bata. 

"Udah kok, tadi bilang udah dapat hotel," jawab Dirga. 

"Istirahat, yuk. Aku ngantuk, nih," ajak Dani. 

Rindu mengangguk setuju, dia juga sangat kelelahan. "Dek, Kakak ke kamar dulu. Kamu juga istirahat, ya." Dia melempar senyum manis pada adiknya. 

"Iya, Kak, selamat beristirahat," balas Dirga. 

"Tidur, gih," perintah Dani. 

"Iya, Kak." Dirga menjawab. 

Sepasang pengantin baru itu saling merangkul menuju lantai dua. Dirga yang melihatnya hanya geleng-geleng dan tersenyum tipis melihat kakak-kakak yang tengah dilanda asmara. Dia bukan anak kecil lagi, jadi memikirkan hal apa saat keduanya sampai di kamar. 

Cowok itu terkekeh geli membayangkannya. 

*** 

Cklek! 

Pintu kamar tertutup pelan dari luar. Suara langkah kaki mengiringinya, terdengar sangat pelan dan penuh kehati-hatian. Mengetahui sang istri telah tertidur pulas Dani langsung beranjak dari tempat peristirahatan. Dia berniat akan menemui Abel selagi mereka berada di satu kota, laki-laki itu pergi dari rumah masih mengenakan piama warna merah maroon couple dengan istrinya. Tidak sempat mengganti karena khawatir akan membangunkan Rindu. 

Sesampainya di lantai utama, Dani masuk ke sebuah kamar tamu untuk mengambil handphone yang biasa digunakan berkomunikasi dengan Abel. Banyak sekali notifikasi pesan dan panggilan yang masuk ketika diaktifkan. Dani membaca pesan singkat terbaru dari Abel, gadis itu memberitahunya jika malam itu dia berada di kota Surabaya dan menginap di hotel Sanjaya. 

Tidak salah lagi, Abel yang dimaksud Dirga adalah kekasihnya. Laki-laki itu bergegas menuju garasi, mengeluarkan mobil dari sana dan langsung menuju hotel tersebut. Meskipun malam telah larut, tapi Dani bersyukur karena Abel masih menjawab ketika ia mencoba meneleponnya. 

"Bel?" 

"Sayang, kamu di mana? Hiks …." 

"Maafin aku, Bel. Kamu masih di hotel Sanjaya, kan?" 

"Hiks … iya, aku pengen ketemu kamu." 

"Iya, aku lagi diperjalanan. Kirimi aku nomor kamarmu, ya." 

"Jangan di sini. Aku sama Lia juga, Sayang. Gimana kalau kita ketemu di hotel lain?" 

"Kalau begitu mau kamu, ayo. Aku jemput kamu di depan hotel." 

"Iya Sayang, sampai ketemu nanti." 

Sementara Dani terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, Abel beranjak dari tempat tidur. Bersiap-siap menemui seseorang yang sangat dirindunya. Dia mengganti pakaian dengan yang lebih tertutup, tidak lupa memakai riasan tipis sebab tidak ingin kelihatan kusam di depan Dani. 

Lia yang masih tertidur pulas di atas ranjang sama sekali tidak terganggu oleh gerak-gerik Abel. Bahkan saat gadis itu ke luar. 

Abel dan Dani sampai di depan hotel Sanjaya hampir di waktu bersamaan. Tidak sempat saling sapa, Abel langsung masuk ke mobil laki-laki itu dan mengikutinya pergi mencari hotel lain. 

Keduanya merasa cukup aman setelah jauh dari hotel Sanjaya itu. Abel meraih jemari tangan Dani, menggenggamnya erat dan menuntun tangan besar itu menyentuh wajahnya. 

"Sayang, kamu nekat sekali ke kota ini," kata Dani sesaat setelah melempar senyuman lebar pada Abel. 

"Aku kangen banget sama kamu. Satu minggu ini kamu ke mana aja?" ucap Abel manja. 

"Aku sibuk banget sama pekerjaan, sengaja handphone juga aku simpan. Gimana ulangan kenaikan kelasnya, lancar?" Dani mencoba mengalihkan topik pembicaraan. 

"Biasanya kamu tetap hubungin aku tuh meskipun sibuk," tukas gadis itu seraya memasang raut cemberut. 

"Kali ini beda, Bel. Aku harus mengurus proyek baru dan benar-benar fokus di sana. Kamu jangan marah-marah lagi, ya." 

Abel mengangguk kecil. 

"Gimana nilai kamu, memuaskan?" tanya Dani lagi. 

"Kurang bagus, Lia di atasku. Ummm … kita mau ke hotel mana, nih?" Abel menimpali. 

"Ada lah, hotel terbaik di Surabaya. Hadiah buat kamu karena sudah berhasil naik kelas," jawabnya. 

"Ummm … kamu sweet banget," puji Abel seraya menikmati usapan lembut ibu jari Dani pada pipinya. 

"Just for you, Baby." Kemudian Dani semakin melajukan mobilnya dengan cepat. 

**

Selama dalam perjalanan, mereka berdua tidak banyak mengobrol. Namun hanya tatapan penuh cinta serta genggaman tangan yang tak pernah terlepas. 

"Itu hotel yang akan kita kunjungi," kata Dani menunjuk gedung ratusan lantai di depannya. 

Seketika Abel membelalak senang. Membayangkan seperti apa pelayanan salah satu hotel terbaik di kota terbesar kedua setelah Ibu kota itu. "Sayang?" Ia meremat semakin kuat jemari Dani. 

"Kamu senang?" tanya laki-laki itu. 

"Banget. Ummm … piyama kamu lucu juga," ujar Abel. 

"Oh, ya?" 

"Hu'um. Kalau kita nikah nanti, kita beli piyama couple ya …," kata gadis itu. 

"Tentu, apa pun yang kamu inginkan." Dani menjawab seperti tidak ada beban. 

Padahal sebenarnya, hati pria itu sangat gundah. Abel membahas piyama saja langsung mengingatkannya pada Rindu yang sudah ia tinggalkan di malam pertama mereka. Namun, Dani belum bisa meninggalkan Abel meskipun kini statusnya adalah suami orang. 

"Silahkan turun Ratuku," pinta Dani sesampainya mereka di basement hotel. 

Abel terkekeh kecil menerima perlakuan spesial seperti itu. Baginya, memang hanya Dani yang bisa membuat hati berbunga-bunga dan jantung yang tidak bisa berdegup biasa saja. 

Mereka pun saling merangkul memasuki aula hotel dengan city view terbaik di Surabaya yang dilengkapi rooftop dengan pemandangan menakjubkan. 

Malam hari ketika lampu dari perkotaan seakan-akan seperti bintang. Berikut hotel dengan city view terbaik di Surabaya yang akan memberikan pemandangan indah tak terlupakan.

***

Bersambung ...