Seroja berjalan perlahan menuju ke lemari tua, yang berada di sudut kamar tersebut. Kemudian Seroja membuka lemari secara perlahan, lalu terlihatlah isi lemari terdiri dari tumpukan pakaian milik ibunya yang tersusun rapi. Pada susunan kedua terlihat sebuah kotak yang diselimuti kain putih, persis seperti yang dikatakan oleh Ibunya tadi.
Pada saat Seroja hendak mengangkat kotak tersebut, seketika bulu kuduk di tubuhnya merinding. Seperti ada aliran listrik, yang menggerayangi di atas kulitnya secara perlahan. Tiba-tiba saja suara petir menggelegar, memecahkan keheningan malam yang sangat mencekam dalam kesepian. Seroja lumayan terkejut mendengar suara petir menggelegar tersebut, hampir saja kotak kayu yang dipegangnya tersebut terlepas dari pegangannya, tetapi untung saja hal tersebut tidak terjadi.
Dengan langkah perlahan, dan perasaan yang bercampur aduk. Seroja membawa kotak kayu tersebut, mendekati ranjang tempat Ibunya tergeletak saat ini. Kemudian Seroja kembali duduk di tepi ranjang tersebut, lalu menyerahkan kotak kayu itu kepada Nyai Ayu Rembulan. Yang menerimanya dengan senyuman menyeringai mengerikan, kemudian Nyai Ayu Rembulan menyampaikan sebuah pesan penting.
"Dengar anakku Seroja! Di dalam kotak kayu ini, juga terdapat sebuah buku tua. Yang berisikan berbagai matra yang bisa kau hafalkan, untuk mengaktifkan semua jin hitam yang ada di dalam tubuhmu. Sehingga kau bisa memerintah mereka, sesuai dengan keinginanmu tanpa ada perlawanan. Kau paham maksudku Seroja?" tanya Nyai Ayu Rembulan memastikan.
"Aku paham, Ibu!" jawab Seroja dengan singkat.
Lalu Nyai Ayu Rembulan segera membuka kotak tersebut dengan cepat, seakan ada sesuatu yang tidak sabar, yang memerintahkan dirinya untuk segera membuka kotak berlapis kain kafan putih itu. Pada saat tangan Nyai Ayu Rembulan mulai membuka kain kafan, lalu membuka kotak tersebut. Terciumlah bau bunga melati menyeruak dari dalam kotak, di iringi bau anyir darah yang sangat amis sekali, langsung memenuhi ruangan kamar Nyai Ayu Rembulan dengan pekat.
Kemudian tangan Nyai Ayu Rembulan mengambil sebuah keris dengan sembilan lekukan, yang berwarna hitam dari ujung hingga tangkainya. Lalu Nyai Ayu Rembulan meletakkan keris tersebut ke keningnya perlahan sambil merapalkan mantra, yang terdengar seperti senandung lagu Jawa.
Tidak berapa lama kemudian, Nyai Ayu Rembulan menggoreskan ujung keris tersebut ke jari telunjuknya. Hingga meneteskan darah segar, yang langsung di teteskan ke dalam kotak kayu tersebut. Kemudian Nyai Ayu Rembulan meminta Seroja, untuk memberikan jari telunjuknya pula, lalu melakukan hal yang sama terhadap jari telunjuk tersebut, seperti halnya Nyai Ayu Rembulan tadi.
Kemudian Nyai Ayu Rembulan meneteskan pula, darah yang keluar dari jari telunjuk Seroja ke dalam kotak kayu itu, sehingga membaur dengan darah Nyai Ayu Rembulan. Setelah melakukan hal tersebut, Nyai Ayu Rembulan kembali menyeringai puas. Lalu Nyai Rembulan kembali meletakkan keris tersebut di dalam kotak kayu, setelah itu tiba-tiba saja. Tubuh Nyai Ayu Rembulan, bergetar hebat! Seperti orang yang kesurupan.
Matanya melotot keluar, lalu terdengar suara erangan seperti seekor binatang buas keluar dari mulutnya. Kemudian dari atas ubun-ubun kepala Nyai Ayu Rembulan, keluar asap hitam yang pekat. Asap tersebut langsung bergerak cepat, ke arah Seroja yang berada di hadapannya dengan cepat. Asap tersebut memasuki tubuh Seroja, melalui ubun-ubun kepalanya pula.
Pada saat yang bersamaan, terdengar teriakan keras. Seperti orang yang mengalami kesakitan, keluar dari mulut Seroja. Lalu Seroja tergeletak tidak sadarkan diri, demikian pula dengan Nyai Ayu Rembulan dia tergeletak lemah tanpa bernyawa lagi saat itu juga!
Dengan seringai kepuasan tergores di bibirnya yang berwarna hitam pekat, pada saat itu raut wajah Nyai Ayu Rembulan terlihat berubah seketika. Kulit wajahnya menjadi keriput, seperti seorang nenek tua berusia ratusan tahun.
****
Udara pagi hari yang dingin hingga menyusup tulang, di tambah dengan suara ayam berkokok seakan menyambut Seroja yang saat itu mulai membuka kedua matanya. Sambil memegangi kepalanya yang terasa pening, Seroja mulai bangkit dari posisi terlentang. Lalu bergegas menghampiri Ibunya, yang tergeletak di atas tempat tidur. Alangkah terkejutnya Seroja, melihat Ibunya yang saat itu sudah meninggal dunia. Serta merta Seroja langsung menangis tersedu-sedu, lalu memeluk tubuh Ibunya dengan erat sekali.
"Ibuu ..." jerit Seroja terus menangis, rasa sedih memasuki relung hatinya seketika.
Perasaan sendiri dan hampa langsung menguasai dirinya, tidak berapa lama kemudian datanglah Mbok Kantil. Memasuki ruangan kamar Ibunya, lalu langsung berjalan mendekati Seroja. Mbok Kantil adalah seorang perempuan berusia enam puluh tahun, yang merupakan tangan kanan kepercayaan Ibunya. Yang selama ini sangat setia terhadap Ibunya tersebut, bahkan seperti seseorang yang "memuja" saja terhadap Nyai Ayu Rembulan. Mbok Kantil berdiri di samping Seroja, dengan raut wajah yang menampakkan kesedihan yang dalam.
"Benar apa yang dikatakan oleh Nyai Ayu Rembulan kemarin malam, bahwa hari ini dia akan mendapatkan jasad pengganti. Untuk meneruskan ilmu hitam miliknya, yang akan membantu dia melepaskan diri dari kesakitan yang dirasakan saat ini. Nyai Ayu Rembulan memang seorang perempuan yang sakti mandraguna, dia mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya terjadi!" ujar Mbok Kantil sambil tertawa menyeringai, dia nampak sangat mengagumi Nyai Ayu Rembulan hingga akhir hayatnya.
"Sekarang bagaimana, Mbok? Apa yang harus kita lakukan terhadap jasad, Ibu?" tanya Seroja sambil menghapus air matanya, dengan ujung baju yang dikenakannya.
"Karena sebenarnya Nyai Ayu Rembulan, selama hidup tidak memiliki agama. Walaupun di KTPnya tercatat beragama Islam, sebaiknya kita segera memandikan beliau sendiri lalu mengkafaninya. Setelah itu kita kuburkan jasad beliau, di perkarangan dekat belakang rumah," tutur Mbok Kantil.
"Apakah kita tidak perlu memberitahukan kepada para tetangga, mengenai kematian Ibu ini Mbok? Agar mereka dapat membantu penguburan beliau?" tanya Seroja dengan ekspresi wajah kebingungan.
Karena sejak kecil Seroja sama sekali tidak pernah diajarkan oleh siapa pun mengenai peraturan agama, kecuali menghafal berbagai macam mantra yang ada di dalam buku tua milik Ibunya.
"Tidak perlu Mbak Seroja, siapa yang akan peduli kepada Nyai Ayu Rembulan? Mereka merasa takut dengan beliau, pada saat masih hidup. Bahkan mereka menghina juga memberi cap seorang dukun hitam yang sesat kepada Nyai Ayu Rembulan, mereka semuanya juga menjauhi beliau. Tetapi pada kenyataannya di antara mereka, banyak sekali yang meminta bantuan kepada Nyai Ayu Rembulan. Untuk melancarkan segala hajat mereka, yang ingin jadi Kades, ingin segera dapat jodoh, ingin kaya raya! Hehehee ... sebuah realita yang sangat aneh! Mereka menghujat, tetapi membutuhkan! Sungguh munafik! Hahahaa!" seru Mbok Kantil sambil tertawa mengerikan.
Dengan raut wajahnya menyiratkan rasa benci dan marah, terhadap semua orang yang bersikap demikian kepada Nyai Ayu Rembulan junjungannya.