Ve beristirahat di kamarnya. Nurlena masih mengompres kaki Ve yang masih membengkak. Ia mengganti esnya setiap tiga jam.
"Masih sakit, Sayang?" tanya Nurlena sambil mengelus punggung Ve.
"Iya, Bu," jawab Ve.
"Sudah lebih mendingan memarnya?" tanya Nurlena kembali.
"Hem." Ve berdehem menjawab pertanyaan ibunya.
"Oh, iya sayang, dua hari lagi resepsi pernikahan kamu dan Dika digelar. Kamu kuat kan, Sayang?" tanya Nurlena khawatir pada keadaan Ve.
"Sepertinya tidak apa-apa kalau aku cuma duduk, Bu," ucap Ve.
"Ya sudah. Kamu tidur lagi, sudah malam. Selamat malam, Sayang." Nurlena mengucapkan selamat tidur sambil mencium kening Ve seperti biasanya.
***
"Tuan! Ini sudah malam. Sebaiknya Tuan tidur," ucap Odah. Ia melihat laki-laki itu terus menatap kalender. Sesekali, pandangan Andika beralih ke arah jam dinding.
"Bi, menurut Bibi ... hadiah apa yang harus kuberikan kepada Ve di hari pernikahan nanti? Apa yang harus aku bawa untuk Ve?" tanya Andika.