Tiba di depan rumah panti, mereka disambut oleh Hilma, Nurlena, dan Tari. Anak-anak diminta bermain sejenak di taman belakang bersama pengurus panti yang lain. Beberapa tetangga yang kebetulan melintas di depan rumah, berbisik, dan menggunjingkan Tari.
"Ini lamaran kedua di bulan ini. Jangan-jangan nanti gagal lagi," ucap tetangga itu sambil terus melangkah pergi.
"Yang dilamar Ve, bukan Tari. Jadi, menurut saya tidak akan gagal," timpal yang lainnya.
Astari dan yang lain mendengar dengan sangat jelas ucapan mereka. Namun, mereka hanya tersenyum tipis. Mereka tidak pernah peduli dengan ucapan tetangga.
"Ayo masuk," kata Nurlena memersilakan.
Ve tersenyum melihat Ruby ikut mengantar. Gadis itu mengerucutkan bibirnya, lalu tersenyum lebar. Ia menggamit lengan Ve dan berbisik.
"Awas kalau kamu menyakiti pamanku! Aku akan mengambilnya lagi," kata Ruby.
"Memangnya Andika pernah jadi milikmu," goda Ve sambil tertawa renyah.
"Ish … menyebalkan," gerutu Ruby.