Astari menangis di pelukan ibunya. Ia tidak sanggup memikirkan hidupnya tanpa Elang. Hanya dia yang begitu tulus mencintainya selain keluarga.
"Saya sudah mengusir nyonya Poppy, Bu," lapor Hilma pada Nurlena.
"Terima kasih, Bu Hilma."
"Sama-sama, Bu. Bagaimana non Tari?" Hilma menatap iba pada gadis yang sedang menyembunyikan wajahnya di perut sang ibu.
Air mata Astari merembes ke baju Nurlena. Penderitaan yang sangat menyakitkan bagi seorang ibu adalah melihat anaknya menangis. Wanita paruh baya itu ikut tersedu mendengar tangisan Astari.
"Antar Tari ke rumah sakit, Ma!" Gadis itu mengusap sisa air mata di pipinya.
"Ke rumah sakit? Ada apa? Apa wanita tadi sudah melukaimu?" Nurlena panik mendengar Tari meminta diantar ke rumah sakit. Ia melihat sekujur tubuh putrinya. Tidak ada luka. Lalu, apa yang membuat Tari ingin pergi ke sana?
"Elang … Ma. Elang masuk rumah sakit dan kata Bu Poppy, dia tidak akan bisa bertahan," jawab Astari di sela isakan tangisnya.