Jay mengambilkan segelas air putih untuk Siti. Ia menunggu gadis itu tenang sebelum bertanya lebih jelas. Siti memang pencemburu, tapi tidak akan sampai emosional seperti sekarang.
"Sudah lebih tenang, kan? Sekarang, kamu cerita dengan jelas. Aku tidak peka dengan perasaanmu, jadi tolong katakan saja. Aku tidak ingin menyakitimu seperti ini," kata Jay dengan lembut.
"Apa dia benar-benar cuma teman?"
"Dia cuma kenalan yang sedang mengalami kesulitan, tidak lebih," jawabnya dengan tegas.
"Tapi, dia mengambil kamarku. Kata Surti, wanita itu bersikap seperti nyonya rumah. Aku pikir dia …."
Siti menjeda ucapannya. Rasanya berat untuk diucapkan. Hanya membayangkannya saja, ia sudah sangat ketakutan.
"Kamu pikir, dia selingkuhanku?" tanya Jay. Ia tidak marah dengan tuduhan kekasihnya. Wajar saja jika Siti beranggapan seperti itu.
