"Ehm …." Laras melenguh merasakan belaian tangan besar dan lembut yang merayap di perutnya.
Gadis itu terlalu lelah memeriksa pasien sampai sore hari. Di sela istirahat, ia harus menemani Rexy melakukan terapi. Matanya terlalu berat untuk terbuka, hingga ia merasa apa yang sedang merayap di perutnya hanyalah kain yang tertarik saat ia bergerak. Namun, ia tersentak bangun saat kedua bukit kembarnya diremas.
"Ah! Rexy? Apa yang kamu lakukan di kamar kakak?" tanya Laras sambil beranjak turun dari tempat tidur.
"Aku kedinginan, Kakak. Tubuhmu terasa hangat, karena itu aku ingin tidur bersamamu," jawab Rexy sambil tersenyum.
Laras merinding melihat senyuman Rexy yang tidak sepolos biasanya. Sentuhan tangan Rexy di dadanya juga terasa penuh nafsu. Sampai saat ini, ia masih berdebar-debar.
"Tidak boleh. Kamu harus tidur di kamar sebelah. Kakak antar kamu kembali ke kamarmu, ayo," ucap Laras sambil mengulurkan tangan.