Pov Kaia.
Bakso semangkok bersama dengan dia yang membuat hatiku semakin berdegup kencang. Dia mampu membakar api asmara dalam jiwaku. Sungguh ini memang sangat berat sekali namun harus aku jalani. Ketika aku membuka kedua mataku ternyata semua hanya sebatas kenangan dalam lamunanku.
Aku mulai terengut akan sebuah cinta dalam sebuah keheningan malamku. Rasanya begitu berat sekali dalam kenyataan ternyata bukan aku yang dia pilih. Lantas mengapa dia terlalu baik untukku jika pada akhirnya dia membunuhku dalam sebuah cinta.
Air matakupun terjatuh ketika aku mendengar sebuah percakapan antara dia dengan sahabatnya beberapa hari lalu.
Flashback on.
Di Kampus Angkasa mencari Ify. Bahkan Retta juga ikut hilang.
"Kamu kenapa?" Tegur Bagas.
"Nggak lihat Ify?" Tanya Angkasa.
"Tumben kamu cari Ify, biasanya kamu nyari Kaia?" Bagas memutar kedua bola matanya.
"Nggak usah mulai!"
"Ya, emang bener aku itu."
"Sekarang kayaknya kamu lebih deket sama Ify dibandingkan dengan Kaia."