"Cinta memang datang dalam sebuah waktu. Namun ketika iman dipertaruhkan, ada kalanya menyerahkan kepada sang pemilik hati. Percaya dan Yakin," Retta menatap sebuah langit di sebuah bangku taman. "Mengapa harus ada rasa bila harus diakhiri?" tanya hatinya.
Retta mulai menahan bendungan air mata di kedua pelupuk matanya. Dia merasa sejauh ini hubungan asmaranya bersama Bagas hanya berhenti di situ saja. Dia mulai menatap segala sudut kota dalam sebuah perasaan yang tidak menentu sama sekali. Namun bendungan air mata itu takkan pernah bisa dia tahan. Air matanya semakin menetes bagaikan sebuah rintik hujan yang turun.
"Ya Tuhan mengapa sebuah keyakinan membelenggu antara aku dengan dia?" Tanya hati Retta dalam sebuah keheningan malam yang sunyi dan sepi. Semua benar-benar terasa begitu berat sekali. Rasanya ada sebuah hati yang tertahan bagaikan duri-duri mawar ke dalam hatinya.
