Khadijah.
Air mata tidak akan pernah habis terjatuh begitu saja. Semua terasa begitu sesak sekali hingga aku tak mampu mengubah arah dan tujuanku. Ku tahu Allah memang maha tahu, namun satu hal ujian ini terlalu pedih untukku. Melawan sebuah kenyataan yang ada di atas batu kerikil.
"Kamu kenapa?" Tanya Rumi.
Aku hanya menggelengkan kepalaku, ketika menyaksikan kedua orang tuaku di atas sebuah gundukkan tanah yang tertancapkan sebuah nisan di sana. Sungguh aku masih belum siap sama sekali. "Ayah, bunda, kenapa kau pergi begitu cepat meninggalkan anakmu?" Tanya hatiku. Semua seperti daun yang mengering berserakan. Hal itu membuat ku hampir mati terbunuh perasaan.