Di taman belakang Satria sedang duduk bersama bermain catur dengan Rumi. Mereka memang sangat dekat sekali bagaikan ayah dan anak. Semenjak dulu mereka sangat dekat sekali.
"Kamu suka sama Ify?" Tanya Rumi di tengah permainan catur.
"Maksud om?" Tanya balik Satria.
Rumi tahu kalau Satria memang menyukai putrinya. Mereka memang sangat dekat sekali semenjak dulu. Kedekatan mereka sudah layaknya kakak dan adik.
"Aku cuman menganggap Ify sebagai adek saja, Om. Emang kenapa om?"
"Kemungkinan Ify akan segera dilamar oleh seseorang dalam waktu dekat ini."
Satria mendadak merasakan sebuah rasa sesak dalam hatinya karena mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Rumi tentang lamaran. Dia merasa kalau ada sepotong hatinya yang mati terbawa oleh arus ruang dan waktu. Dia hanya bisa diam saja. "Ya baguslah, om. Semoga saja Ify menyukai dan bahagia dengan lelaki itu."