Angkasa sudah dipindahkan di ruang rawat inap. Dia benar-benar tidak menyangka kalau dirinya benar-benar tidak bisa melihat. Dia merasa tidak berguna sama sekali. Dia bahkan tidak mengingat kejadian yang ditarik mundur sebelum kecelakaan itu terjadi.
Ify mulai berjalan menuju ke ruang rawat inap Angkasa. Dia ingin sekali memberikan Angkasa sebuah kekuatan untuk bisa menghadapi dunia walaupun tidak seperti dulu lagi. Dia berusaha untuk meyakinkan kalau dia tidak akan pernah meninggalkan Angkasa. Dia juga mengurungkan niatnya untuk mengambil beasiswa S2 di Sydney Australia. Semua itu itu demi sebuah harga dalam sebuah rasa yang takkan pernah bisa untuk dibeli ataupun ditukar dengan yang lain.
Ify mulai melangkahkan kedua kakinya perlahan-lahan lalu dia berhenti di depan ruang rawat inap Angkasa.