Satria tanpa gelisah sekali bahkan dia tidak mengira kalau keadaan bisa berubah seketika. Dia dalam fase mengikhlaskan sebuah hati yang takkan pernah bisa untuk Dia memiliki. Dia bahkan tidak tahu harus berbuat apa lagi selain berserah diri untuk sebagian hatinya yang sudah terbawa oleh perempuan itu." Apakah mungkin aku akan sanggup kehilangan dirimu saat kamu bersanding dengan lelaki lain?" dia mulai menghela nafas begitu sangat berat sekali. Bahkan dia tidak sanggup untuk melakukan apapun yang terjadi.
Satria mulai menelan salivanya sendiri Bahkan dia menutup kedua kelopak matanya sambil membayangkan beberapa kepentingan masa lalu yang masih ada dalam ingatannya. Dia berharap kalau persahabatan itu akan tetap terjalin walaupun sudah tercemar oleh rasa cinta yang sesungguhnya. Dia berusaha untuk bisa bertahan dalam kisah-kisah yang takkan pernah utuh selamanya seperti ada dalam bayangannya.