Bagas merasakan untuk saat ini matahari yang mulai terbenam begitu saja. Dia tidak merasakan kehangatan matahari di hari ini. Dia harus menyaksikan pemakaman perempuan yang sangat dia cintai. Dia berharap kalau perempuan itu benar-benar bahagia di surga. Dia berusaha untuk mengikhlaskan perempuan itu karena sebuah takdir yang mengharuskannya untuk bisa melepaskan bagaimanapun caranya.
Air matanya pun tidak dapat dibendung oleh kedua kelopak matanya. Bagas hanya bisa menahan rasa pedih atas sebuah kehilangan tanpa adanya sebuah kata pamit. Dia merasa kalau kepergian Retta benar-benar menyayat hatinya saat ini juga. Dia benar-benar harus memaksakan sebuah kata ikhlas itu. Dia harus bisa bertahan demi anak-anaknya kelak. Dia tidak mungkin untuk tetap terpuruk dalam sebuah kepedihan atas kehilangan saat itu.
