Di rumah sakit kondisi Raka semakin kritis sekali hingga membuat cemas Retta. Dia tidak bisa sama sekali berkata-kata selain berharap kalau Raka bisa melewati masa kritisnya.
Bima pun melangkahkan kedua kakinya melihat disebuah ruang tunggu ada Retta yang sedang menunggu Raka. Dia pun langsung mempercepat Langkah kedua kakinya karena dia ingin sekali meminta maaf terhadap wanita yang pernah menjadi istrinya dulu. Dia merasa sangat bersalah sekali karena melakukan semua itu demi sebuah keegoisan yang berujung fatal.
Retta pun hanya dapat menangis dalam pelukan Bagas sebagai suaminya yang selalu membiarkan bahunya sebagai sandaran. Dia tidak bisa sama sekali untuk berkata-kata bahkan Harapan itu terlalu tipis sekali. Dokter pun pernah berkata kalau hanya sebuah keajaiban yang mampu menolong bayi mungilnya.