Sebenarnya aku tidak menyetujui dengan adanya pernikahanku dengan Fatimah namun bagaimana lagi sebuah amanah keluarga yang harus aku penuhi saat ini. Semua ini sebagai penebusan dosa untuk ibuku yang pernah memberikan rasa sakit kepada keluarga ini. Aku tidak mungkin untuk melepaskan sebuah tanggung jawab itu dan semua janji.
Aku hanya bisa duduk terdiam menatap setiap sudut kamarku. Dia memang istriku tapi aku tidak bisa menyentuhnya sama sekali. Rasanya begitu berat sekali untuk melakukan sebuah hal tanpa cinta sekali pun.
Aku mulai beranjak dari rajangku Lalu akupun berdiri menatap sebuah langit dari jendela kamarku. Perasaanku terasa hampa sekali Meskipun aku sudah memiliki pasangan hidup yang sah dihadapan Allah Semata.
Benak hati dan pikiranku pun masih saja ada bayangan tentang gadis kota itu yang masih merasuk dalam jiwaku."Apa mungkin aku bisa mencintai dia dengan rasa terbiasa? "