Retta segera menyeka air matanya yang terjatuh ketika mengingat sebuah peristiwa kemarin. Dia tidak bisa membayangkan bila peristiwa itu akan terulang kembali di masa ini. Lelaki itu memang menghancurkan kehidupan Reta hingga tak tersisa sama sekali hanya luka kepedihan yang begitu mendalam.
" Apa salahku, Mas Bima? " kedua mata Reta pun mulai berair seketika hingga rintik jatuhnya pun membasahi kedua pipinya. Semua yang terlihat begitu baik-baik saja namun kenyataannya seperti terjun bebas di jurang. Dia merasakan sebuah kerapuhan dan kepedihan yang begitu menjalar.
Bima mulai menendang perut rata hingga kesakitan. Sebuah ruangan tanpa adanya Pelita kehidupan. Seperti sebuah neraka yang tersembunyi didalamnya. Mati tak segan hidup pun tak segan itu yang telah dirasakan oleh Rita kala itu. Dia mencoba bangkit kembali namun laki-laki itupun mendorongnya kembali hingga tubuhnya merintih kesakitan. Takkan pernah ada ampun bikin Retta.