Sebuah kesempatan yang sangat sempurna bagi Satria. Dia ingin sekali dekat dengan perempuan yang telah dia cintanya. Dia merasa kalau masih ada kesempatan untuk bisa merebut hati perempuan yang dia inginkan. Apalagi perempuan itu belum memutuskan untuk bersama dengan lelaki manapun.
Sepulang berjalan-jalan Satria pun hanya menatap bintang sendirian. Dia merasa kalau ada sebuah perasaan yang melekat dalam hatinya. Dia mengingat di masa-masa bagaimana dia bisa bersama dengan Ify.
"Mungkin tidak sekarang karena nanti aku akan mengungkapkan semua perasaanku. Aku yakin kalau perasaanku tidak akan mungkin bertepuk sebelah tangan. " Satria mengucap dengan nada begitu sangat lirih sekali.
*
Retta mulai membuka pintu kamarnya perlahan-lahan. Kedua kakinya sudah gemetar. Tangan kanannya mulai meraih kearah ganggang pintu.
CKLEK! Pintu kamar Retta aku mulai terbuka kedua matanya mulai terbelalak. Dia bisa bernafas begitu sangat lega sekali."Syukurlah kalau bukan dia. "