Muza duduk di sebuah bangku taman pondok pesantren Kyai Abdullah. Dia pun termenung memikirkan seorang perempuan yang telah lama dia sukai. Namun dia pun terpaksa untuk menjauh dari perempuan itu. Karena dia sudah tahu jawabannya kalau perempuan itu memiliki lelaki lain. Dia tidak ingin merasakan kata hati akibat sebuah kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan.
"Apa kabar, Kai?" Muza mulai mendongakkan kepalanya menghadap ke langit. Dia merasa kalau sebuah perasaan itu ada ketika saling bertemu dan bergetar dalam sebuah ruang hati. Rasa itu semakin datang dan bertumbuh dalam hatinya yang terdalam.
Sebuah Kerinduan itu datang ketika rasa itu semakin bertumbuh perlahan-lahan semakin mendalam. Yang awalnya hanya seperti bibit yang ditanam dalam sebuah tanah hingga berkecambah karena tersinari dan terawat.