Di sebuah kamar Retta terlihat menjerit berulang kali ketika Bima mulai mencambuk tubuhnya dengan sabuk. Air matanya pun membasahi kedua pipinya bahkan bibirnya terlihat gemetaran.
"Aku mohon berhenti. "Retta merintih kesakitan karena punggungnya dicambuk berulang kali oleh Bima dengan sabuk. Air matanya pun tidak henti-hentinya mengalir menguasai kedua pipinya. Isak tangis itu terasa begitu sangat menyakitkan. Bahkan dipaksa untuk melayani ketika dalam kondisi tidak baik-baik saja.
"Dasar wanita bodoh dan tidak berguna! "Teriak dari Bima berulang kali sambil meludahinya.
"Hentikan!" Retta merintih kesakitan bahkan luka cambukannya yang kemarin belum sempat mengering. Kini bertambah lagi luka cambukan itu. Dia merasa pernikahannya adalah sebuah neraka yang sudah tersedia di dunia. Dia merasakan sudah mati rasa saat itu juga. Dia berharap jika Tuhan segera untuk mencabut nyawanya saja. Dia tidak sanggup untuk melakukan itu sendirian.