"Retta?" Seringai seorang pria yang datang mendadak membuat jantungnya berdegup kencang. Bibir Retta mendadak bergetar.
"Tolong, jangan mendekat!" Suara Retta sedikit serak dengan bibir gemetar.
"Retta, kau lupa dengan siapa kamu buat aku?" Seringainya dengan melangkah mendekat Retta yang sedang terbaring lemah di atas ranjang kamar rawat inapnya. "Ingatlah, kau takkan pernah bisa menghindar dari aku. Retta," katanya dengan mendekat langsung menatap Retta.
"Nggak! Aku nggak ingin bersama kamu, Om," Retta terlihat sangat ketakutan sekali. Bahkan bibirnya gemetar. Ia merasa tidak bisa berbuat apapun apalagi dia masih sangat lemah sekali. Ruangan berbau aroma mencekap hingga bulir air matanya tak sengaja jatuh membasahi pipinya. Dia bahkan kehilangan banyak kata-kata untuk melakukan pemberontakkan kecilnya. "Ku mohon! Ku mohon!" Isaknya berulang kali. Dia terlihat tak berdaya bahkan dia sangat ketakutan sekali untuk kembali ke ruang lembah dan gelap.