Retta menatap sebuah pintu dengan sangat kosong. Sebagian hidupnya terasa begitu mati setelah dia harus terbelenggu dalam sebuah hubungan. Dia bahkan tidak bisa sama sekali merasakan sebuah arti cinta. Dia merasa kalau hatinya begitu perih sekali, namun sebuah kenangan menenggelamkan sebuah jejak rasa. Menutup kedua kelopak matanya, lalu dia merasakan sebuah hati.
"Retta!"
Retta pun menoleh sebuah mesin waktu kembali berputar seketika, lalu dia menatap lelaki yang mampu membuat dia rasa aman. Dia merasa kalau lelaki itu akan menjadi sebuah cinta terakhirnya.
"Aku akan mengantarmu ke Gereja, Rett."
"Serius?" Tanya Retta kembali menatap lelaki yang ada di hadapannya. Dia merasa kalau cinta mampu memberikan sebuah kenyamanan dalam hatinya yang terdalam. Dia merasa kalau cinta mampu merubah suasana hatinya.
"Iya, Rett. Mana pernah sejauh ini aku nggak serius sama kamu."