Sebuah getaran mendadak terasa. Semua seperti halnya jatuh dan cinta dalam sebuah musim kemarau. Tidak bertemu sehari saja dengan dia membuat Angkasa mulai tercandu akan sebuah kerinduan. Dia memang membirukan suasana hatinya. Rasa itu memang sekilas namun mengundang sejuta kata tanya dalam hatinya. "Mungkinkah, kamu akan menerima sepercik rasa cintaku yang mulai membara dalam kobaran api asmara mendarah daging?" Pikirnya dalam menikmati senja dalam secangkir kopi robusta yang menyerua hingga menuju kedua rongga hidungnya.
Secangkir robusta mulai dia sesap dengan kehangatan suasana dikala senja yang sedang cantik-cantiknya. Suasana mulai menjingga mewarnai sebuah hati di kala sedang dimabuk asmara. Rasa itu begitu natural sekali. Hingga membuat benak pikiran terus terpikirkan tentang dia yang sedang menari-nari dalam angan-angannya. Rindu-rindu menjadi satu gumpalan rasa yang semanis gulali.
