"Retta, kamu kenapa?" Ify lagi-lagi menyentak lamunan Retta.
Retta hanya memeluk Ify, dia mulai menangis dalam pelukan sahabatnya. Di luar sana di dekat jendela luar ruangan Bagas melihat perempuan yang dia cinta sedang menangis. Dia hanya bisa mematung di depan kelas.
"Semua sudah berakhir, Fy." ujar Retta berulang kali ke Ify.
Ify hanya menepuk-tepuk pundak Retta. "Apapun yang terjadi, aku yakin kamu bakalan bisa melewatinya. Jangan pernah kamu menyerah akan sebuah keadaan," ujar Ify.
Bagas hanya bisa memandang dari jauh. Rasanya sangat berat baginya. Dia berusaha untuk terbiasa tanpa Retta. "Apa ini cara Allah menunjukkan jalan takdirnya?" Pikirnya. "Kamu dengan Tuhanmu sedangkanku dengan Tuhanku. Iman pemisah cinta kita, tapi aku yakin semua pasti ada jalan kembali. Hanya keyakinan dan cinta bertemu dalam sebuah takdir," lirihnya, lalu berjalan pergi. Dia merasa tak sanggup ketika terjebak dalam zona antara cinta dan imannya.