London sore itu, kedua kaki Gracia melangkah memasuki sebuah ruang lukis. Di sana ada lelaki yang sedang mengembang kempiskan hidungnya. Tatapan kedua matanya dalam sebuah api amarah yang membara.
"Jordan!"
Jordan hanya cuek ketika Gracia datang kepada dia.
"Jor, apa salahku?" Gracia merasa sangat bingung sekali. Dia merasa seperti sebuah buku yang hanya dibeli tanpa dibaca. Dia pun keluar dari ruang lukis lelaki itu.
Mendadak Gracia mendengarkan suara sesuatu dilempar. Dia merasa hal itu biasa dilakukan oleh Jordan ketika dalam sebuah amarah. "Astaga! Jordan kamu kenapa lagi?" Dia bertanya dalam hatinya. Namun dia mengurungkan niatnya untuk kembali ke sana. Dia melangkah terus.
Air mata Gracia menetes begitu saja. Ia mulai mengusap dengan kasar sekali. "Haruskah aku meninggalkannya?" Gumamnya sambil berlari keluar.
*