Chereads / Blood King Husband / Chapter 22 - Aku tidak mencintaimu!

Chapter 22 - Aku tidak mencintaimu!

Quiena mengerakkan tubuhnya Sean di saat ucapannya tak terjawab. Membuat hatinya begitu sakit padahal ia baru saja merasakan kebahagiaan, namun sekarang ia harus mendengar kata perpisahan yang tiba-tiba Sean ucapkan.

"Jangan diam saja! Katakan padaku bahwa kamu berbohong, cepat katakan, Sean! Aa-aku tahu kamu sedang membohongiku kan?" Quiena kembali menjatuhkan pelukannya itu meski Sean hanya berdiam diri.

Tangis Quiena pecah di saat dia berada ia bersandar di dada Sean tanpa adanya dekapan yang seperti ini ia rasakan. Seperti sebuah mimpi kini membuat Quiena kecewa dengan sikap Sean yang hanya diam.

"Aku mohon katakan padaku sekali lagi kalau kamu mencintaiku, kalau kamu tidak ingin kita berpisah." Permintaan yang mudah, namun begitu sulit terucap.

Melihat tangis yang semakin menjadi-jadi, membuat Sean kebingungan harus melakukan apa, namun akhirnya ia telah mengambil kesimpulan sebelumnya, dan harus ia tuntas. Di saat Quiena berada dalam pelukan, di saat air mata kini tak ada artinya, dan tiba-tiba dengan sekuat tenaga Sean mendorong tubuh Quiena hingga membuat wanita itu terjatuh bahkan tangannya terluka.

Rasa perih karena luka ditangan tak begitu berarti, namun rasa perih hati yang begitu menyiksa. Quiena benar-benar tidak menyangka saat melihat sikap Sean yang kini berubah. Wanita itu masih tidak percaya jika Sean mendorong tubuhnya, bahkan dorongan itu begitu kuat sampai membuat Quiena jantungan.

Namun, dengan perlahan Quiena bangkit, dan kembali ingin mempertanyakan tentang perasaan Sean. Akan tetapi, semuanya sia-sia saat melihat raut wajah Sean penuh Kekesalan bahkan seperti ingin membunuh seseorang. Hal itu membuat Quiena mundur dengan perlahan-lahan ketika aura menyeramkan yang diperlihatkan oleh Sean.

"Aku sudah bilang kalau aku tidak mencintaimu! Dan mari kita berpisah, tapi kamu ingin aku bermain kasar rupanya!"

Bentakan keras dari Sean membuat Quiena benar-benar takut, hingga tubuhnya bergetar hebat, keringat dingin keluar membasahi tubuhnya, dan saat itu Sean mendekat hanya untuk mengancam istrinya.

Tetapi Quiena percaya dengan cinta sejati, ia yakin bahwa Sean tidak akan menyakitinya, dan saat itu ia bangkit dengan perlahan, berjalan mendekat kearah Sean.

"Aku sudah bilang, aku mencintaimu! Tetapi kamu ingin kita berpisah baiklah mari kita berpisah dengan kamu membunuhku. Jadi, bunuh aku sekarang!" Quiena berteriak keras sampai ia berdiri dengan sangat dekat.

Mata Sean berkaca-kaca di saat mendengar ucapan itu dari Quiena, hatinya benar-benar tidak kuasa menahan air mata. Tepat di saat itu Emanuel dan Squby berlari ke dalam kamar tersebut ketika mendengar suara keributan. Mereka menerobos masuk ke dalam tanpa meminta izin terlebih dahulu.

"Ada apa ini? Kenapa dengan Quiena, Sean?" Emanuel kebingungan melihat dua pasangan di depannya yang sedang dalam masalah besar, padahal sebelumnya ia melihat keadaan mereka masih baik-baik saja. Berbeda dengan Squby, yang langsung berlari kearah Quiena saat wanita itu sedang terduduk dalam tangisan.

Squby mencoba mengingat tangannya Sean karena dia kesal melihat pria itu membuat Quiena menangis. Namun, Squby tahu gigitannya tidaklah seberapa apalagi untuk melumpuhkan kekuatan Sean ya dahsyat.

Sean langsung melangkah pergi bahkan mengabaikan pertanyaan dari Emanuel. Pria itu melangkah dengan sangat cepat sampai diluar pintu ia menghilang. Bukan hal sulit bagi Emanuel untuk mengikuti jejaknya Sean yang baru saja pergi. Ia langsung bergegas pergi meskipun Quiena sedang menangis, namun Emanuel ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Melihat Sean berdiri di sebuah ruangan yang penuh dengan kegelapan, hanya ada cahaya remang-remang yang masuk dari balik jendela. Saat itu, Emanuel berjalan mendekat sembari bertanya. "Brother, you are okay?"

"Yeah, aku hanya membutuhkan waktu untuk berpikir." Sean menjawab tanpa menatap kearah Emanuel.

"Aku tahu kalau kamu sedang dalam masalah, tapi bisakah aku tahu ada apa dengan Quiena? Kenapa kamu ingin membunuhnya? Aku tahu kamu sudah mencintainya, Sean. Meskipun awalnya kamu hanya menjadikan dia sebagai umpan karena dia bisa menerima tubuhmu, tetapi kamu tak bisa membohongiku." Dengan sengaja Emanuel berkata sambil menepuk pundaknya Sean seperti seorang sahabat meskipun Sean adalah rajanya.

"Untuk itu, aku mau kamu membawa Quiena pergi dari sini sejauh mungkin. Kamu mau kan?"

Permintaan Sean sukses membuat Emanuel tercengang sampai dia kebingungan harus menjawab apa. Emanuel tersenyum tipis dan tidak percaya dengan apa yang sedang Sean perintahkan.

"Ayolah, brother. Aku tahu kamu adalah seorang penguasa dan raja bagiku meskipun bagi mereka sudah bukan, tetapi tolong berikan perintah yang lebih masuk akal daripada aku harus membawa Quiena pergi. Dia itu istrimu, kamu tahu itu." Emanuel merasa kesal di saat mendengar perintah bodoh yang diperintahkan untuk dirinya, jelas aja suasana hatinya jadi tidak tenang.

"Karena dia istriku dan karena aku percaya denganmu. Jadi bawa Quiena pergi dari sini sebelum malam bulan purnama tiba. Ini adalah perintah dan sesuatu yang diperintahkan oleh raja mu, maka kamu harus menurutinya dengan baik, kau mengerti?" Sean semakin mendesak sampai membuat Emanuel mengusap wajahnya dengan kasar.

"Hey! Apa-apaan ini, Sean? Apa ini ada kaitannya dengan ayahmu yang memintamu untuk pergi dari sini? Tapi, apa kamu sanggup meninggalkan aku sebagai pengikut sejati, dan lebih tepatnya lagi pikirkan dengan perasaan Quiena. Apa yang harus aku katakan nantinya? Oh ya ampun .... Ini membuatku gila!" Emanuel melampiaskan rasa kesalnya dengan menendang dinding yang tepat ada di depannya saat itu. Matanya sampai berubah merah ketika rasa kesal di dirinya saat mengingat permasalahan yang sedang menimpa Sean.

"Aku lebih gila, Emanuel! Tapi aku harus melakukan apalagi selain pergi dari sini? Aku tidak ingin membuat kalian mati konyol karena ulahku karena aku akan berubah lebih ganas dari apa yang kamu lihat di saat malam bulan purnama itu," ucap Sean sambil menarik Emanuel untuk tidak menyakiti kakinya sendiri.

Emanuel terdiam ketika menerima tarikan dari Sean. Ia ikut kebingungan sampai membuatnya terdiam beberapa saat. Namun, tiba-tiba ide cemerlang mendadak muncul di dalam benaknya. "Sean, aku tahu apa yang harus kamu lakukan? Tapi aku tidak tahu apakah cara ini akan berhasil ataupun tidak. Yah setidaknya kamu bisa mencobanya dulu."

"Cara apa yang paling tepat selain aku harus pergi dari sini? Apa kamu mau aku membunuhmu dan Quiena? Aku tidak bisa melakukan itu, Emanuel. Karena itu terlalu berat untukku. Apalagi kerajaan iblis juga menginginkan aku kembali." Sean terlalu cepat mengambil kesimpulan saat itu hingga tidak memberikan waktu kepada Emanuel untuk mengutarakan pendapatnya.

"Ayolah, brother. Ini bukan cara mana yang paling tepat, tapi kita harus mencobanya dulu sebelum terjadi kan? Meskipun aku tahu di depan mungkin akan banyak sekali rintangan yang akan menghadapi mu."