Chereads / Blood King Husband / Chapter 3 - Darah manis

Chapter 3 - Darah manis

"Gadisku telah ada di sini kalian tidak bisa menyentuhnya. Jika aku tahu seseorang mencoba menyentuh milik ku, riwayat hidup kalian akan tinggal nama." Ancaman untuk kedua orang yang berdiri di depanku.

"Santai Bos ... tidak mungkin kami mau melakukan hal seburuk itu yah .... meskipun harum manis tubuh Quiena memang sangat menarik dan unik. Meski gue sedikit penasaran dengan gadis Lo, tapi mana mungkin gue berani menentang kekuasaan Lo," sahut Emanuel sembari melihat kearah Quiena yang sedang tertidur.

"Emanuel benar, gue juga akan melindungi milik Lo dari serangan Jacob tenang saja," sahut Edward yang juga berjanji tidak akan mengingkarinya.

'Meskipun begitu, gue hanya ingin menikmati sedikit keharuman manis darah Quiena, hanya sedikit jadi tidak apa-apa bukan?' batin Edward yang tidak bisa di dengar oleh siapapun.

"Baiklah jika seperti itu, aku mau menunggu gadis tersayang bangun kalian jangan mengintip kasian jomblo nanti kejang-kejang, bye-bye kalian," ucapku sambil melambaikan tangannya kearah dua brother di depanku ini.

"Sialan apanya yang kejang-kejang? Pala lu kali kejang-kejang, ngga bakalan lama gue juga dapet gadis yang harumnya juga manis," sahut Emanuel tidak terima di olokan. Sedangkan Edward hanya tersenyum kikuk mendengar pamitan ku.

"Serah deh ya iri bilang Bos, jangan ngintip awas gue colok mata kalian kalau ngintip!" ucapku sedikit mengancam seraya tidak bisa menahan tawa.

"Udah sana ... ah lama lu, gue minum entar darah gadis lu," sahut Emanuel berusaha bercanda.

Aku pun pergi dari hadapan mereka. Melihat gadis ku yang masih tertidur sangat pulas, mencoba mendekati dirinya seraya mengusap lembut pipi manisnya. Seketika tangan Quiena bergerak itu artinya dia akan terbangun karena menyadari hal itu aku langsung ikut terbaring bersamanya dan pura-pura tertidur.

Mata Quiena perlahan terbuka, aku langsung memejamkan mata seakan tertidur.

"Argh ... aku di mana ini?! Dan pria ini siapa? Tunggu, sepertinya dia pria yang tidak sengaja tidur denganku di Club, yah benar. Dasar siluman mesum! Woy bangun!" Teriakan Quiena mengharuskan aku pura-pura bangun tidur.

"Hoammmm, kenapa sih sayang teriak gitu? Aku kan ngantuk, udah ah ayo tidur lagi," sahutku seraya tersenyum lalu memeluk tubuhnya serta mengunci dengan tanganku membuat dirinya susah untuk bergerak.

"Lepasin gue! Lepasin enggak, kalau nggak teriak nih." Perlawanan dari Quiena justru membuatku ingin terus memeluknya dan tidak akan melepaskan dirinya.

"Sayang kok gitu sih? Aku enggak mau lepasin, aku tetap mau peluk kamu gini. Ah yah kamu lupa ya sayang apa yang udah terjadi sama kita di Club? Buatin lagi yuk tubuh kamu manis banget ... aku kepengen sayang ...."

'Duh Quiena tahan-tahan jangan tergoda, lama-lama elu bisa stroke jantung nih liat ini cowok gantengnya kebangetan, tapi sayang mesum banget. Eh sebentar rasanya ada yang aneh gue kok bisa ada di sini?' batin Quiena sangat jelas terdengar olehku.

"Kamu puji aku ya sayang? Cieee aku emang ganteng, mulai saat ini setiap hari kamu bisa liatin aku yang ganteng ini, kiss dulu sayang ... ayolah."

Tanpa menunggu dirinya untuk mencium ku, justru aku langsung mencium duluan dirinya. Ciuman yang sangat lama sampai-sampai ia merespon lidahku yang berusaha masuk kedalam mulut manisnya.

(Quiena Ning Diesty)

Entah bagaimana aku bisa berada di tempat yang belum pernah ku kunjungi. Lalu sekarang sedang berhadapan dengan pria gila yang tidak sengaja tidur denganku di sebuah Club.

'Dosa apa yang sudah kulakukan sampai aku bisa bernasib sial seperti ini,' batinku saat menyadari Danie merampas paksa bibirku.

"Ciih lepasin karena gua enggak sudi berciuman sama pria mesum kaya Lo!" bentak ku seraya mendorong tubuhnya, meski tidak begitu keras namun membuatku lepas dari ciumannya.

"Sayang ... kok gitu sih? Ah kamu enggak asyik tahu! Masa suami kamu sendiri malah di tendang gitu. Udah ah aku ngambek nih," rengek Sean membuatku tercengang melihat tingkahnya.

'Apa aku enggak salah denger? Dia bilang suami? Benar-benar ini laki enggak tahu diri banget,' batinku kesal.

"Dengerin yah pria mesum! Gua itu belum nikah! Apalagi punya suami, jadi Lo jangan ngada-ngada deh terus kenapa gua bisa ada di sini?" jawabku yang tidak terima dengan pengakuannya.

'Bagus sih gua bisa bermalam di sini secara, 'kan gua baru di usir dari kontrakan. Tapi, gua bingung kenapa gua bisa ketemu sama dia lagi?' batinku.

"Up! Hahaha apa aku enggak salah denger nih?" tanya Sean dibarengi tawa ledekan darinya.

Entah apa yang aneh dari ucapanku sampai dia bisa seenak jidatnya tertawa. Membuat orang lain merasa bingung dengan tingkah Pria gila yang sangat mesum ini.

"Hey! Ngapain kamu ketawa? Perasaan enggak ada yang lucu deh!" tanyaku dengan sikap judes seraya melipatkan tangan didepannya.

"Wow! Pertanda apa ini sayang? Tadi cara bicara mu denganku secara kasar dan sekarang kamu bicara begitu santai. Um, tahu enggak kalau kamu itu lucu? Di depanku berkata lain, tapi hatimu justru bicara yang lain. Aku jadi takut untuk mempercayaimu, sayang," ucap Sean yang membuatku semakin tidak mengerti.

"Eh bentar deh! Gua beneran enggak paham apa yang Lo maksud saat ini, mulai dari kenapa gua bisa tiba-tiba ada di tempat ini terus kenapa Lo bisa ketawa? Mau ngeledek gua Lo?"

"Aduh sayang, aku harus jawab yang mana dulu? Satu-satu dong biar aku jawab enak. Tapi, sepertinya semua itu enggak penting sayang sebab yang paling penting saat ini adalah kamu sudah menjadi istriku." Lagi-lagi ucapan Sean membuatku bingung.

"Ogah! Sejak kapan gua jadi istri Lo? Gua aja enggak pernah pergi ke Gereja buat nikahan lalu kenapa bisa kita suami istri? Makanya jangan ngehalu deh Mas! Kalau mau istri itu yah di nikahin jangan culik anak orang gini dong. Rugi tampan, tapi akal ngga punya!"

"Oh jadi maksudnya kamu mau aku nikahin juga di sini? Okay sayang sebentar yah aku pergi siap-siap dulu sekaligus nanti aku mau cari gaun buat kamu yah," ucap Sean tidak main-main dengan ucapannya.

"Mati gua! Eh tunggu, Sean!" teriakku berusaha berlari mengejarnya yang sudah beranjak pergi dari kamar tersebut.

Aku berusaha berlari mengejarnya namun nihil tidak ada tanda-tanda kemana ia pergi. Dengan begitu cepat ia menghilang dari pandanganku membuatku bingung kenapa bisa ia cepat sekali pergi. Aku terus menelusuri lorong-lorong rumah yang sangat besar layaknya seperti istana Raja.

"Cepat banget ngilang, duh ... kemana aku harus cari dia apalagi di tempat besar seperti ini? Bisa-bisa aku tersesat lagi," ngeluh ku dengan sedikit lebay.

"Em, Nona! Sedang mencari Sean yah?"

"Aaaa ... ka-ka-mu siapa? Dan sejak kapan ada di belakangku?" Suara seseorang yang tiba-tiba ada di belakangku hingga membuatku teriak dan menjerit ketakutan.