Sekilas bayangan kecelakaan melintas di ingatan Elise, bayangannya saat itu terlihat sangat putus asa dan rasanya ingin mati, dari pada harus menanggung rasa kecewa dan luka di hatinya. Elise tersentak kepalanya sakit seperti di pukul benda tumpul. Kenapa dia tidak bisa mengingat alasan dia sampai memiliki perasaan seperti itu. Elise menghela napas berat, tangannya bergetar. Wajahnya pucat.
"Masakannya sudah hampir gosong."
Elise terkejut dan ingin melihat ke belakang tapi di tahan, Arsen sudah berdiri di belakangnya memegang bahunya. Laki-laki itu sudah datang tapi masakannya belum masak. Arsen menggenggam tangan Elise yang memegang spatula. Laki-laki itu ikut mengaduk sup di panci, sebelah tangannya merangkul bahu Elise seolah dia sedang memeluk gadis itu dari belakang. Elise sedikit gugup.
"Aku baru tahu kalau kau bisa memasak?" tanya Arsen tangannya masih terus menggenggam tangan Elise yang memegang spatula. "Kau memang jenius.."