Tidak ada yang lebih mempesona di bandingkan pemandangan saat subuh. Saat gelap sisa semalam mengalah dan memberikan kesempatan pada pagi untuk menyambut mentari. Pada saat itu lah Wahyu merasa bahwa malam tidak seegois dirinya. Entah sejak kapan dia senang menyaksikan pergantian malam menjadi siang, terang dan senyap menjadi hingar bingar setiap hari. Apakah itu sejak satu tahun yang lalu dia hampir lupa. Wahyu baru selesai menyusun pakaiannya ke dalam ransel, dia berdiri di samping jendela kaca yang terbuka lebar. Menatap jauh ke depan, menunggu semburat cahaya yang perlahan naik menyinari wajahnya hingga memberikan rasa hangat yang menenangkan. Angin subuh berhembus lembut meniup tirai jendela yang tipis seperti selendang berayun-ayun.