Akhirnya, setelah dengan susah payah dan banyak memohon, Aufa bisa mengajak Adnan untuk berbicara berdua saja. Saat ini Adnan bersama Aufa tengah duduk berdampingan di bangku taman yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus mereka.
Adnan melihat arloji yang melingkar di pergelangannya, waktu sudah semakin sore, tapi sejak ia dan Aufa duduk di bangku taman, gadis itu masih membisu, belum berbicara apa pun.
"Ada apa Fa, udah sore kamu juga lagi ditungguin sama temen-temen kan?" tegur Adnan kemudian.
Secara perlahan Aufa mengangkat wajahnya, namun membuat Adnan terkejut karena melihat bola mata gadis itu yang sudah berkaca-kaca.
"Kamu... kenapa?" Heran Adnan.
"Sakit Adnan..." Aufa membuka suaranya meski rasanya sangat sulit. "Denger kamu ngobrol sama Fatma aku tuh sakit. Kenapa sih, kamu nggak pernah ngerti perasaan aku?"
Aufa menjedah kalimatnya, mengeluarkan suara isakkan dari mulutnya.