"Athes," gumam Aldrich sambil mengelus puncak kepala putranya.
Athes mendongak, menatap Aldrich dengan lelehan air mata di pipi.
"Kau tidak marah padaku?" tanya Aldrich dengan nada cemas.
Athes menggeleng kecil, "Jika saja orang lain menjadi Daddy-ku, mungkin aku akan marah. Tapi Uncle selalu menemuiku setiap pulang sekolah," jujurnya sambil ang membuat Aldrich menghela napas lega.
Aldrich tersenyum lebar, "Aku senang mendengarnya. Baiklah mulai sekarang jangan memanggilku dengan panggilan uncle lagi, panggil daddy," pinta Aldrich.
Athes mengangguk dengan senyum malu-malu.
"Coba panggil aku," pinta Aldrich lagi.
Athes menggembungkan pipi dengan malu, entah kenapa tadi dia sangat lancar memanggil Aldrich dengan sebutan daddy, tapi sekarang ia malah terlihat gagap. Mungkin efek selama tiga tahun tak pernah memiliki ayah.
"Katakan," ujar Aldrich sekali lagi.
"Dad ... dy."
"Lagi, kau belum lancar memanggilku."