"Nora?"
"Mom?" Nora yang sedang duduk sudut sofa berdiri menatap Rossalia yang kini sedang berjalan mendekat padanya.
"Di mana Aldrich?" tanyanya dengan amarah tersulut. Melihat itu Nora mengerutkan kening.
"Memangnya ada apa, Mom?"
"Di mana Aldrich?!" sentakan Rossalia berhasil membuat Nora sedikit ketakutan. Menunduk dengan meremas kedua tangannya yang menggantung.
Merasa melewati batas karena terlalu emosi dengan Aldrich dan malah melampiaskannya pada Nora, Rossalia memejamkan mata sejenak, berusaha meredamkan emosinya yang sempat tersulut.
"Manora," panggil Rossalia dengan datar.
Nora yang menunduk dengan agak ragu mengangkat wajahnya, mata berkantung hitam itu menatap Rossalia tanpa berkedip.
"A-ada apa Mom?" tanya Nora yang kali ini tau jika wanita paruh baya yang ada di hadapan tengah mengalami masalah serius. Bahkan Rossalia tidak biasanya memanggil namanya dengan lengkap.
"Di mana Aldrich?" tanya Rossalia sekali lagi.
"Aldrich?" Nora bertanya ulang untuk di beri waktu mencari alasan. Jantungnya berdegup kencang berusaha mencari alasan yang tepat. Namun sekarang ini pikirannya benar-benar buntu karena di desak waktu.
"Ya. Di mana dia?"
"Aldrich ... Dia-- Ya, dia sudah pergi ke kantor!" potong Nora cepat dengan memalingkan wajah. Ya, Tuhan kebohongan apa lagi yang akan di lakukannya setelah ini setelah berusaha menutupi keberaan Aldrich yang bahkan tidak di ketahuinya sama sekali.
Bahkan selama tiga hari ini hingga sekarang Aldrich tidak pernah pulang ke mansion.
"Mom sudah datang ke kantor. Tapi sekertarisnya memberitahu jika Aldrich hari ini belum datang. Sudah tiga hari pria itu belum datang, benar?" Rossalia menatap wajah pucat itu dengan raut intimidasi, seolah menuntut sebuah jawaban yang pasti.
Nora bungkam, tidak mampu menjawab tapi kini pikirannya sedang berkelana, berusaha mencari alasan yang pasti untuk menjawab pertanyaan Rossalia lagi.
"Aldrich ... Aldrich--"
"Nora, jangan berbohong lagi," tukas Rossalia mulai yakin jika gadis itu akan berbohong kembali.
Nora dengan cepat mengangkat wajah menatap Rossalia. Tatapan tajam wanita itu seketika kembali membuatnya ciut, hendak menunduk kembali sebelum perkataan Rossalia mengurungkan niatnya.
"Jangan menunduk terus!"
"Mom-"
"Nora." Rossalia mendekat, mengelus bahu gadis itu.
"Katakan yang sebenarnya. Apa Aldrich juga tidak pernah pulang selama tiga hari ini?"
Nora menatap gugup Rossalia tanpa berani berbicara apapun.
Nora yang tidak berkata apa-apa membuat Rossalia semakin yakin dengan pemikirannya.
Helaan napas lolos terdengar dari bilah bibir wanita itu, Rossalia mendekat, menatap dalam gadis itu.
"Nora," gumam Rossalia dengan nada melembut. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan rumah tangga kalian?" lanjutnya lagi.
Nora menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, menatap tak kuasa wanita di hadapannya.
"K-ami baik-baik saja."
"Apa kau bisa membuktikan pada Mom jika sekarang kau tidak sedang berbohong?"
Sepertinya Rossalia sudah tidak percaya dengan perkataannya lagi, Nora mengepalkan tangannya. Tidak boleh, Rossalia tidak boleh tau apa yang terjadi dengan rumah tangganya.
Nora hanya ingin terus menjaga rumah tangganya, ia tidak ingin jika mertua terlebih keluarganya tau sifat Aldrich yang sebenarnya. Jika mereka tau, Nora yakin jika kedua orang tuanya pasti akan memaksanya bercerai dengan Aldrich. Nora tidak ingin bercerai. Ia mencintai Aldrich, itu alasan utamanya.
"Mom tidak tau apa yang terjadi dengan rumah tangga kalian. Tapi, jika Aldrich sampai berbuat kekerasan padamu beritahu pada Mom. Selesaikan masalah kalian secepatnya."
Nora menghela napas lega mendengar itu, gadis itu pun mengangguk semangat menjawab perkataan Rossalia, "Tentu Mom."
"Lihat kantong matamu sudah menghitam. Pasti selama beberapa hari ini kau terus menunggu Aldrich pulang. Anak itu benar-benar kurang ajar," desis Rossalia dengan berkacak pinggang.
Nora tertawa kecil, berusaha menganggap perkataan ibu mertuanya merupakan lelucon semata. "Aldrich tidak seperti itu," tepisnya dengan tersenyum lebar.
Rossalia tidak berkata apa-apa lagi mengenai hal itu. "Nora, jika nanti Aldrich pulang, katakan padanya agar segera menemui Mom,"
Manora mengangguk saja meski rasa penasaran mulai merambat ke pikirannya, inginnya bertanya apa yang akan mereka bahas, tapi Nora tentu tidak ingin bersikap lancang.
"Kalau begitu Mom pergi dulu. Mom ingin menemui Daddy di kantor. Ia sedang menyelesaikan masalah yang di ciptakan Aldrich. Seharusnya sekarang ia sudah mengirimkan file ke email perusahaan Mr. Thomson. Tapi sampai sekarang belum ada konfirmasi sama sekali. Mr. Thomson datang ke perusahaan Harvest Corp dan memberi tuntutan." Rossalia menghela napas panjang, "Gara-gara Aldrich, kita mengalami kerugian 1,5 miliyar. Anak itu mulai payah dalam bekerja."
"Maaf, Mom. Itu salah Nora." Rossalia menghentikan gerutuannya, menatap Nora dengan tatapan datar.
"Kenapa kau selalu menyalahkan dirimu dan setelah itu meminta maaf? Kau terlalu lembut Manora, itu kekuranganmu."
"Itu salah satu sifat baik, Mom," tukas Nora terlihat tidak setuju dengan persepsi Rossalia.
Rossalia terkekeh, "Aldrich pasti akan menyesal karena menyia-nyiakanmu."
"Maksud Mom?" tanya Manora sedikit curiga.
"Tidak ada." Rossalia pun berjalan meninggalkan Nora tanpa berkata sepatah katapun.
Nora menghirup napas dalam-dalam sembari menatap kepergian Rossalia.
Setelah memastikan wanita paruh baya itu pergi, Nora dengan cepat berlari menaiki anak tangga dan memasuki kamarnya.
Mendekati ranjang Nora berjongkok, meraih keranjang penuh berisi semua gulungan koran. Nora meraih salah satu koran paling atas yang belum tergulung di antara koran-koran yang lain.
Dalam keadaan berjongkok, gadis itu menatap seksama seisi koran yang lagi-lagi memberitakan Aldrich sedang dekat dengan seorang wanita tanpa di ketahui oleh media jika pria itu malah sudah beristri.
Nora menatap sendu koran itu. Koran berbeda dengan isi yang sama. Lagi-lagi Aldrich di beritakan sedang dekat dengan seorang wanita. Bahkan beberapa paparazi menemukannya di club malam bersama wanita yang tidak lain adalah Cassandra.
Apa sekarang semua keluarganya dan orang tua Aldrich sudah tau kelakuan pria itu yang sebenarnya? Rasanya Nora ingin menyembunyikan koran berisi berita-berita buruk tentang Aldrich, tapi ia tidak bisa karena ia memang tidak memiliki kuasa besar seperti yang di miliki suaminya.
Aldrich memang memiliki kuasa, tapi sayangnya pria itu melupakan tentang ini. Ia terlalu lalai sampai-sampai seluruh media mengetahui sifatnya. Bahkan sepertinya media diam-diam terus mencari informasi tentang pria itu tanpa di sadarinya.
Nora meletakkan koran itu kembali di atas keranjang, mendorong keranjang itu di bawah ranjang.
Sudah,
Sudah cukup. Nora benar-benar tidak sanggup membaca artikel-artikel menyakitkan itu.
Nora memeluk lututnya, terus-menerus mengusap-usap matanya yang memerah. Hampir saja, ia hampir mengeluarkan air mata dan itu tidak boleh terjadi.
Ia tidak ingin terlihat lemah. Ia tidak boleh menangis jika tidak ingin Aldrich semakin membencinya, bukankah pria itu sangat tidak suka jika Nora sampai menangis? Aldrich membenci gadis cengeng itu faktanya dan Nora berusaha menahan tangis agar tidak di katakan cengeng. Ia hanya tidak ingin Aldrich semakin membencinya atau malah menceraikannya.