Aku menatap jam tangan seharga mobil di tangan kiriku. Tunanganku, yang lebih tepatnya akan menjadi mantan tunanganku, benar-benar sudah terlambat setengah jam dari waktu yang kami janjikan.
Tepat sebelum keterlambatannya yang ke satu jam, ia datang dengan terburu-buruㅡterlihat seperti panik.
"Qie'er, Gege benar-benar meminta maaf atas keterlambatannya." katanya sambil mengusap kepalaku.
Aku hanya menatapnya dengan tenang. Mungkin, diriku yang belum membaca novelnya akan benar-benar memaafkannya dan merasa tidak enak mengganggu dia. Dia begitu manis dan lembut.
"En. Tidak usah dipikirkan Han Ge." kataku sambil tersenyum.
"Jadi, ada apa Qie'er?"
Aku menatapnya sebentar dan mengalihkan pandanganku ke arah tehku. Menggenggamnya dengan kedua tanganku.
"Aku ingin menjual saham yang diwariskan kedua orang tuaku."
"Qie'er? Apa maksudmu? Apa kamu kekurangan uang?"
Aku hanya tersenyum kecil sambil menggeleng.
"Lalu kenapa? Apa kamu repot mengurusnya? Han Ge bisa mengurusnya untukmu karena kamu adalah tunanganku."
Aku menatapnya lurus.
"Han Ge... Aku ingin membawa adik-adikku meninggalkan China mungkin dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, aku ingin membatalkan pertunangan kita dan menjual sahamnya kepadamu. "
Aku meletakkan cincin pertunanganku beserta kotaknya di atas meja.
"Pengacara dan notaris Papa akan datang besok ke rumahku pada jam sebelas siang. Jika Han Ge setuju, kita bisa menegosiasikan harganya besok. Han Ge juga bisa mendiskusikannya dengan orang tua Han Ge dulu dan menyampaikan permintaan maafku pada mereka."
Aku langsung membawa tasku dan bangun dari tempat dudukku.
"Aku permisi dulu, Han Ge. Sampai jumpa besok."
Aku meninggalkannya yang mematung tanpa bicara lagi.
Karena aku tahu... dia tidak akan menolak tawaranku.
***
Sesampainya di kamarku. Aku menatap langit-langit kamarku dengan pandangan kosong.
Sudah berakhir.
Kesempatan yang aku berikan benar-benar sia-sia.
Dia lebih memilih menemani Sang Protagonis untuk mendiskusikan ulang tahunnya.
Aku menutup mataku dengan tangan kananku, berniat mengosongkan pikiran.
Setelah beberapa saat, aku langsung menelpon sekolah kedua adikku dan meminta libur satu minggu.
Menunggu mereka pulang ke rumah dengan supir kami, aku membuka |Ringkasan System| yang dihadiahkan oleh ●System●.
Panel biru yang familiar langsung muncul, memberikan penjelasan.
[System memilih host dengan kriteria tertentu dengan tujuan membantu host untuk bertahan hidup.]
Point{+}
Shopping mall{+}
Trading {+}
Skill{+}
Title{+}
Elemen{+}
Misi harian{+}
Job{+}
Aku langsung membukanya satu persatu.
[Ding!]
[Elemen]
Terdiri atas 5 elemen utama: Air, udara, api, tanah, kayu.
Dengan 2 elemen tambahan: Kegelapan, cahaya.
Elemen bisa juga berevolusi tergantung pemakai, kondisi yang ekstrim, dan motivasi pengguna.
[Level Elemen]
Berdasarkan data yang dimiliki oleh host untuk dunia ini, manusia bisa mencapai sampai dengan level 7. Setiap level dibagi menjadi 3. Early, untuk level awal, Mid, untuk level menengah, dan Late untuk level akhir yang berarti tidak lama lagi Sang pengguna elemen akan menembus level selanjutnya.
[Ding!]
[Job]
Adalah pekerjaan yang dapat dimiliki oleh host. Dibutuhkan level tertentu untuk membuka job yang tersedia. Job tergantung oleh kemampuan yang dikembangkan host. Job berguna untuk meningkatkan efektifitas bidang Job tersebut. Job yang tersedia:
[???]
[???]
[???]
[???]
[Ding!]
[Skill]
Kemampuan yang didapatkan setelah melewati kondisi tertentu (Hadiah dari kenaikan level juga bisa berisikan skill).
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar kamarku.
Aku langsung bergegas bangun dari tempat tidurku dan membuka pintu.
Suara yang setengah dewasa menyambutku. "Kakah ah, kenapa kamu meliburkan sekolahku?"
Aku hanya tersenyum dan menuntunnya masuk ke kamarku.
Aku membiarkannya duduk di tepian kasur sambil ikut duduk di sebelahnya.
"Mungkin yang bakal kakak bilang sehabis ini gak bisa kamu percaya sepenuhnya," aku tersenyum sebentar, mengamati ekspresinya.
Pikiranku menerawang tanpa sadar.
"Tiga hari lagi, percaya gak percaya, dunia akan dilanda bahaya."
Aku menengok ke arahnya, menatap langsung ke arah matanya. Melihatnya yang hanya diam sambil menatapku, aku melanjutkan.
"Zombie dan makhluk mutan dimana-mana. Tugas kamu, cuma ngelindungin adek. Jangan khawatir, kakak bakal ngelindungi kamu. Di saat itu, kakak ga mau kalian terpisah jauh dari kakak."
Tatapan mataku kosong. Di kehidupanku sebelumnya, hanya berita kematian kedua adikku yang kuterima. Menyebabkan aku hanya bergantung hidup pada cahayaku; Han Ge.
"Kakak tahu kalau kamu suka memendam sesuatu sendiri dan menyelesaikan semuanya sendiri. Tapi kali ini, percaya sama kakak. Kakak mau semua yang terbaik buat kalian." kataku sambil memeluknya.
Ia menegang.
Kulihat bahwa telinganya bahkan memerah.