Spar P.O.V
_____________
"Kau tau tentang teroris yang baru-baru ini sedang ramai diperbincangkan?", Tanya Roy kepada ku yang sedang berbaring di sofa.
"Aku tau itu", Jawab Ku
"Apa kau tidak ada niatan untuk bekerja sama dengannya?", Tanya Roy.
"Ide yang bagus", Balas ku.
"Hei, kita ada kedatangan masalah lagi!", Sahut Kola yang mendadak datang.
Mendengar ujaran Kola tadi, aku segera bangkit dari sofa dan menanyakan apa masalah itu.
"Masalah apa?", Tanya ku.
"Bounty Hunters", Jawab Kola.
"Baiklah", Kataku sembari mengambil linggis yang bersender ditembok tepatnya di samping lintu keluar.
Ku buka pintu pelan-pelan, dan kulangkahkan kaki ku keluar dengan sangat suntuk akan menghadapi masalah dengan para cucunguk pemerintah. Cucunguk itu tengah berdiri di depan markas ku dengan gaya yang sok keren. Ku tatap mereka dengan tatapan malas.
"Ada apa?", Tanyaku kepada mereka.
"Kau ditangkap atas perampokan di Berlend", Jawab satu pria kepadaku sembari melangkah mendekatiku.
"Bagaimana jika aku melawan?", Balasku.
"Kau akan dibunuh", katanya.
"Bagaimana kita adakan sebuah duel. Peraturannya hanya ada satu, yaitu hanya dibolehkan menggunakan senjata tajam dan tumpul. sepakat?!", Seru Ku sambil mendorong si pria yang mendekatiku tadi agar dia menjauh.
Para Bounty hunter itu saling memandang satu sama lain, kamudian mereka setuju.
Ku hitung masing-masing dari mereka berjumlah 5 orang. Mula-mula aku mulai berduel dengan si pria yang ku dorong tadi. Dia menghunuskan katana di ikuti diriku mengangkat linggis yang ku bawa tadi. Ia mulai meluncurkan serangan ke arah kepala ku, ku tahan serangan itu dengan linggisku. Lalu ku ludahi wajahnya, ia pun mundur sedikit menjahui dariku. Ku ambil kesempatan itu dengan menghantam lututnya keras-keras dengan linggisku. "TREEKK!!", Suara tulang yang geser. Ia tersungkur sambil meringis kesakitan. Ku angkat linggisku ke langit-langit, lalu ku hantam ke bawah tepat ke kepala si pria itu. Ia pun jatuh tak sadarkan diri dengan banyak darah keluar dari kepalanya. Tak sampai di situ, ku ambil katana miliknya dan kutusakan ke badannya hingga dia benar-benar tewas.
Masih tersisa 4 orang lagi yang harus ku hantam. Tanpa berpikir panjang ku berujar kepada mereka untuk menyerangku secara bersamaan. Ke empat orang itu pun seketika menyerangku secara bersamaan. AKu berhasil menghabisi mereka semua hanya menggunakan linggis. Mereka memang kuat, tapi diriku lebih tau banyak pengalaman soal bertarung. Karena aku tidak ingin keberadaanku tersebar oleh mereka, maka ku bunuh mereka semua pada waktu itu juga. Jasad-jasadnya ku simpan di markas untuk di jadikan sebuah alat yang sekiranya akan berguna.
***
Siang harinya aku pergi ke distrik 3 untuk kembali melihat alat yang berada di industri listrik. Ke sana aku menaiki mobil hasil curian. Namun di saat aku sudah sampai di tujuan, di depan pagar masuk industri listrik distrik 3, aku mendapati seorang wanita bertopeng mengendarai sebuah motor menerobos masuk kedalam. Apa dia tidak melihat banyak sekali penjaga-penjaga dan orang-orang yang bekerja di sana?. Sudah mana ini siang hari. Karena sudah ada yang memulai tindakan liar duluan, maka aku ikuti aksi wanita itu. Kutabrakkan mobilku ke badan para penjaga yang berada di hadapanku. Aksi kami ini membuat alaram di sana berbunyi, akan tetapi si wanita ini masih saja terus membuat onar tanpa merasa gelisah akan datangnya para polisi. Sedang aku tidak mempeedulikannya, dan segera pergi melihat alat itu untuk sekali lagi. Ternyata alat itu masih tetap berada di sana, namun secara tiba-tiba senapan leser yang ku bawa mendadak rusak. Hal serupa yang terjadi lagi. Ku ambil sebuah alat berbentuk segitiga buatan Kola. Ku letakkan benda buatan Kola itu ke alat buatan Negara itu.
Seketika alat segitiga itu mengeluarkan cahaya berwarna kuning yang sangat terang menyilaukan mata hingga ku tutupi mataku dengan tanganku. Setalah sinar itu mulai menghilang, dan ku lepas tanganku dari mataku, aku melihat si wanita tadi tiba-tiba di hadapanku. Aku terkejut sekaligus keheranan. Ia mengeluarkan sebuah kapsul dari kantong jaket birunya yang lalu ia letakkan kapsul itu ke alat buatan negara di hadapannya. Mungkin fungsi kapsul itu sama dengan fungsi benda buatan Kola, Sebenarnya aku juga tidak tau apa secara jelas fungsi dari kedua benda itu.
Aku mengambil lagi benda segetiga milikku, dan pergi meninggalkannya. Sementara dia masih terdiam berada di sana, sebelum ia mengambil kembali kapsul miliknya, dan mengikuti langkahku keluar. Ternyata sudah ada banyak polisi di luar sana, bahkan helikopter-helikopter bertebangan di langit-langit. Aku memandannya, dan mengatakan.
"Bagaimana ini?". Lalu ia membalas pertanyaanku dengan menjawab. "Kita menyerah". Aku sedikit terkejut dengan omongannya sekaligus ada rasa tidak terima mendengar jawabannya. Lantas aku ambil Senapan laserku, dan mulai menyerang para polisi itu. Sedang si wanita bertopeng itu hanya berdiam diri, tapi aku tak peduli. Aku terus menerus menyerang mereka, entah berapa orang yang berhasil ku bunuh. Tak hanya menonton saja, helikopter-helikopter pun juga ikut menembakiku. Sekali lagi, si wanita itu masih berdiam diri dengan santainya menyaksikan baku tembak antara aku dan para polisi. Namun pada satu waktu, tampak satu helikopter yang terhuyung-huyung di atas sana, hingga pada akhirnya terjatuh ke daratan, mengahantam ke arah sesama mereka. Aku pun tertegun akan hal itu, tetapi saat aku lengah ada satu peluru mengenai bahuku. Peluru itu berukuran besar dan panjang. Saking panjangnya sebagian peluru itu tak sampai masuk menembus dagingku. Aku berusaha mencabut peluru itu keluar dari tubuhku. Tapi di saat aku berusaha mencabutnya...."DAARR!!". Peluru itu meledak dengan keadaan masih tertancap di bahuku.
"AAAAA!!!.....", Aku meraung raung kesakitan, tetapi si wanita itu tampak tak memperdulikan.
Ledakan itu mengakibatkan bagian bahu kiriku hancur, Tanganku juga sudah hampir putus namun aku memegang tangan kiri ku sangat amat erat. Aku sudah sangat tak berdaya, sedang para polisi masih menembaki pelurunya ke arahku. Tanpa ku duga si wanita itu mulai mengalakukan sesuatu. Ia mengahampiri ku yang berada di balik mobil ku. Di situ aku tersandar di pintu mobil. Si wanita itu memberikan ku sebuah kapsul besar. Ia mengatakan bahwa itu akan menyelamatkan ku sekaligus juga bisa membunuhku, tergantung bagaimana cara memakainya. Setelah ia memberikan kapsul dan mengatakan itu padaku, sarung tangan yang ia pakai mengeluarkan sebuah peta hologram. Lalu ia menyentuh satu lokasi yang tertampak di peta hologram itu. Seketika ia menghilang begitu saja. "Sial, dia teleport!", kataku kesal. Aku masih saja ditembaki para polisi, untungnya mobil hasil curianku ini terbuat dari baja yang kuat. Dalam kepanikanku, aku teringat akan perkataan si wanita bahwa kapsul yang ia berikan bisa menyelamatkanku tapi juga bisa membunuh ku tergantung cara memakainya. Tapi bagaiamana cara memakai benda ini. Aku melihat-lihat kapsul itu untuk mencari tau apakah ada tombol atau semacamnya. Dengan keadaan yang masih mendesak aku berhasil menemukan bagaimana cara menggunakan kapsul itu. Tedapat sebuah sensor sidik jari di bagian atas kapsul. Aku tekan sensor sidik jari itu dengan jari ibu ku. Tetapi tidak ada hal apapun yang terjadi Setelah ku tekan sidik jari itu. "Siaal, aku ditipu. dasar perseta....!!". "DARR!!". ujaranku terhentikan oleh suatu ledakan. Ternyata mobil ku lah yang meledak. Aku terpental hingga menggeliding di tanah. Badanku tak bisa bergerak, namun aku masih bisa melihat. Helikopter-helikopter yang melayang di udara mendadak terjatuh ke tanah, menghantam semua mobil-mobil polisi hingga meledak. Serta benda apapun yang berhubungan dengan listrik seperti gardu listrik, tower listrik dan semacamnya, semuanya mendadak meledak-ledak. Ledakan itu semua tak dapat dihindari oleh siapapun yang sedang berada di sana. Entah teknologi atau apa yang membuat kapsul itu bisa melakukan hal dahsyat seperti ini. Tak lama kemudian aku pun tak sadarkan diri karena ikut terkena ledakan-ledakan itu.
Aku kira aku sudah mati karena itu. namun saat aku kembali tersadar, aku mendapati diriku yang sedang berbaring di sebuah ranjang, dan ranjang itu berada di suatu ruangan yang tak ku kenal. Aku melihat-lihat ke sekeliling ruangan, dan melihat si wanita bertopeng tadi sedang berada di didekat pintu. Sepertinya ia baru memasuki ruangan ini.