"Yang Mulia, Permaisuri Rosura sudah sadar."
Tangan Roderigo terhenti.
Pria dengan fitur wajah tampan tersebut meletakkan pena dan mengalihkan pandangannya dari dokumen kekaisaran yang sedang dia tangani.
Mata merahnya begitu dingin terlihat.
Ia menatap seorang ksatria pengawal yang berdiri tak jauh di hadapannya.
"Sepertinya aku harus mengunjungi Permaisuri ku. Bukan begitu, Ramos?"
Tanpa riak, ia berkata.
"Benar, Yang Mulia. Permaisuri Rosura tentu akan sangat senang dengan kedatangan anda."
"Kau benar. Dia pasti akan sangat bahagia dan merindukan Kaisarnya ini. Permaisuriku, kekasih hatiku."
Dengan langkah pasti Roderigo mulai berjalan melewati Butler dan beberapa pelayan yang langsung menyambut dirinya di depan pintu.
Seulas senyum samar terbentuk di bibirnya. Dia membayangkan bagaimana reaksi Rosura ketika tahu apa yang telah terjadi.
Wanitanya itu. Kekasih hatinya. Pasti berlutut dan memohon ampun agar tak diturunkan dari posisinya sebagai Permaisuri di Kekaisaran Videl ini.
Bagaimanapun juga bagi Roderigo, Rosura sudah gagal dan tak pantas bersanding dengannya sebagai Ibu dari rakyat Kekaisaran Videl.
Roderigo sama sekali tak berniat membuang Rosura. Ia hanya ingin merubah status Rosura yang awalnya seorang permaisuri menjadi selir.
Sikapnya yang tak bijaksana dan egois membuat kasih sayang dan rasa kagum Roderigo sedikit mengikis. Pun dengan rasa hormat seluruh rakyat Kekaisaran Videl. Hingga setidaknya Rosura pantas untuk diturunkan dari posisinya sebagai permaisuri.
Mengesampingkan fakta bahwa sejak kecil mereka sudah dijodohkan. Namun tak bohong juga jika Roderigo memang mencintainya ... bahkan sampai saat ini.
Kecantikan Rosura, kelembutan, kedewasaan, dan kepintarannya membuat Roderigo dengan senang hati menerima perjodohan di antara mereka. Sampai akhirnya mereka pun menikah dan menjadi pasangan Kaisar dan Permaisuri yang begitu dikagumi oleh rakyatnya.
Namun hanya karena kemunculan seorang Saintess, orang yang diberkati oleh Dewa di Kekaisaran Videl mampu membuat sosok Permaisurinya berubah.
Galiena Gertrude, putri dari Baron Gertrude yang telah menciptakan keajaiban di Kekaisarannya.
Berkat doa-doa yang dipanjatkan oleh wanita itu. Kekaisaran yang sempat dilanda kekeringan dan penyakit misterius yang menyebabkan penderitanya gatal-gatal seluruh tubuh sampai bernanah dan memunculkan bau busuk dari tubuh mereka, selama 2 tahun ke belakang. Akhirnya bisa merasakan turunnya hujan dan juga terbebas dari penderitaan penyakit mengerikan tersebut.
Semua orang, baik para rakyat biasa, para bangsawan, bahkan Roderigo sendiri sangat berterimakasih terhadap Galiena.
Maka setelah keadaan di Kekaisaran Videl mulai stabil. Roderigo menimbang usul para bangsawan dan pendeta dari kuil suci untuk mengangkat Galiena sebagai Saintess dan juga ... Ibu dari rakyat Kekaisaran Videl.
Seluruh istana dipenuhi oleh berita tentang hal tersebut dan tentu sampai ke telinga Rosura yang saat itu tengah mengandung calon putra mahkota.
Rosura sendiri sebenarnya tak keberatan jika Roderigo ingin mengangkat Selir, tapi untuk menggantikan dirinya sebagai Permaisuri sungguh sangat tak bisa diterima. Terlebih dengan kehidupan janin kecil di dalam diri Rosura yang tak lain adalah benih dari Roderigo La Videl, Kaisar, Kekaisaran Videl.
Karena itu, Rosura mulai menampakkan ketidaksukaannya pada Galiena. Apalagi semenjak wanita itu diangkat menjadi Saintess, Roderigo berubah menjadi acuh padanya.
Pun fakta bahwa Saintess Galiena diizinkan tinggal di istana. Padahal seorang Saintess harusnya tinggal di kuil suci. Bukan di istana, bukan menjadi simpanan Sang Kaisar.
Maka di setiap ada kesempatan Rosura bertemu dengan Galiena, dia pasti akan memojokkan wanita itu. Merendahkan gelarnya sebagai Saintess yang hanya bisa mengangkang untuk Kaisar.
Rosura yang selalu terang-terangan menghina Galiena jelas membuat pandangan publik terhadap dirinya memburuk.
Belum lagi keluarganya yang seolah tak peduli pada Rosura membuat amarahnya kian membesar.
Rosura yang berasal dari keluarga Duke, harus menelan kecewa sebab Ayah dan kedua Kakak lelakinya sama sekali tak membela dia.
Tak begitu heran pada Ayahnya, sebab pria baya itu memang sejak awal selalu membenci Rosura karena Ibu Rosura meninggal setelah melahirkannya. Jadilah Duke Fremont D Walmond, Ayah Rosura menganggap Rosura adalah penyebab kematian istrinya.
Sedang kedua Kakak Rosura, yang begitu dia harapkan pembelaannya justru malah membuat Rosura semakin patah.
Baltasar D Walmond, Kakak pertamanya yang merupakan salah satu pendeta dari kuil suci, jelas membenci Rosura karena selalu menyakiti Saintess Galiena. Bagaimanapun juga, bisa dibilang para pendeta kuil suci adalah keluarga Saintess.
Sedang Gerhard D Walmond, Kakak keduanya yang merupakan seorang ksatria juga mengkhianati Rosura dengan bersumpah menjadi pengawal setia bagi Saintess Galiena.
Ditambah lagi dengan Roderigo yang sengaja mengangkat Jarvis Gertrude, Kakak dari Saintess Galiena sebagai pengawal pribadi Rosura jelas menampakkan bahwa pria itu tak ingin Rosura menganggu Saintess Galiena.
Sungguh kenyataan yang ironis.
Semua membuang Rosura. Baik itu Roderigo, keluarganya, bahkan rakyat Kekaisaran Videl yang sebelumnya begitu mengagumi Rosura sekarang justru malah mencampakkannya.
Rosura hancur.
Kebahagiaannya, harapan indah untuk anaknya pun lenyap tak bersisa dengan kabar terbaru bahwa Saintess mengandung. Mengandung anak dari Kaisar Roderigo yang tak lain adalah suami Rosura.
Amarah dan kemurkaan Rosura membuncah seketika.
Semua orang, para rakyat, para bangsawan begitu bahagia dengan kabar itu. Padahal kenyataannya Roderigo belum mengangkat Saintess Galiena sebagai selir ataupun menggantikan posisi Rosura.
Hal itu tentu mencoreng norma kekaisaran yang ada karena di Kekaisaran Videl jelas tercatat bahwa perzinahan tanpa adanya ikatan pernikahan merupakan dosa yang akan menciptakan murka dewa.
Oh, sungguh dunia yang kejam dan tak adil.
Karenanya, Rosura berencana untuk mengancam Saintess Galiena. Sengaja mengajaknya bertemu dan berdoa bersama di kuil suci. Namun, belum sempat Rosura melakukan rencananya itu, Saintess Galiena jatuh dari anak tangga kuil suci yang paling atas dengan sendirinya.
Rosura tentu terkejut.
Dia yang sebelumnya hanya ingin mengancam Saintess Galiena dengan menghancurkan bisnis Keluarga Baron Gertrude justru dianggap sebagai tersangka dari kecelakaan yang menimpa Saintess Galiena.
Rosura pasrah.
Dia tak bisa membela diri. Meski bukan dia yang menyebabkan Saintess Galiena jatuh, tapi orang-orang yang berada di sekitar kuil suci pasti berpikiran begitu. Apalagi dengan kebencian Rosura terhadap Saintess Galiena diketahui oleh muka umum.
Roderigo murka. Bahkan beberapa kali menampar pipi Rosura hingga ujung bibirnya sobek. Tak hanya itu Roderigo memasukkan Rosura ke dalam penjara bawah tanah.
Semua karena kekecewaannya pada Rosura yang sampa hati berbuat seperti itu.
Hampir seminggu Rosura tak diberi makanan layak. Hanya sepotong roti berjamur dengan air keruh sebagai minumannya.
Sebenarnya Rosura khawatir dengan memakan makanan itu akan berdampak pada bayi yang dikandungnya. Namun dia pun kelaparan, tak mungkin membiarkan perutnya kosong sedang ada nyawa lain yang juga bergantung pada dirinya.
Rosura tak memiliki kekuatan apapun dan tak ada seorangpun yang bisa menolongnya atau mungkin yang mau menolongnya.
Bahkan membayangkan kedatangan sosok Sang Ayah atau salah satu dari kedua kakaknya juga seolah mimpi di siang bolong yang hanya akan menjadi asa belaka.
Semuanya begitu memilukan.
Sampai ...
Roderigo datang menemuinya dengan tatapan penyesalan. Pelukan hangat yang diberikan pria itu seolah menjadi penyambung harap ketika Rosura hampir diambang kematian.
Kecupan berkali-kali di pucuk kepala yang diberikan Roderigo menciptakan kembali angan indah akan kebahagiaannya.
"Minumlah. Ini air penyembuh yang sudah diberkati Saintess Galiena. Maafkan aku, Permaisuriku. Aku harap dengan meminum ini kondisimu akan cepat membaik."
Mengesampingkan kebenciannya terhadap nama wanita yang sudah membuat dia seperti ini, Rosura mengambil cawan yang diberikan Roderigo.
Dia hanya tak ingin terjadi sesuatu pada anak di dalam kandungannya sehingga Rosura meminum air tersebut.
Rosura ingat rasa sakit yang seketika terasa di perutnya, juga darah yang dia rasa mengalir di balik gaun lusuhnya sebelum dia kehilangan kesadarannya.
***