"Bahkan sampai saat ini cintamu masih
berlabuh untuk diriku...
Namun aku dengan bodohnya tidak pernah
menyadari hal itu..."
_Kirana Winata_
๐๐๐
Kirana menatap nanar gadis yang sedari tadi mondar mandir menatap keluar jendela ruangannya.
Pengakuan gadis tadi sedikit membuat perasaan nya campur aduk.
Antara senang, kesal,dan bersalah...Ntahlah Kirana benar benar tidak mengerti dengan semua situasi saat ini.
Yang ia tau,amnesia nya membuat kesalahan pahaman diantara mereka berdua semakin bertambah dan berlarut larut.
"Jadi... sekarang kamu sadar kalau kamu juga cinta sama dia kan Ra..."lirih gadis itu sambil bersandar bersidekap dada ditembok yang ada didekat jendela dan menatap datar kearah Kirana yang sedang beradu dengan pikirannya yang berkecamuk.
Deg
Kirana menelan salivanya dan mulai merasa bingung harus menjawab apa pada gadis itu,yang merupakan sahabat karibnya sendiri.
Melihat gadis itu tak berkutik sama sekali, Melisa hanya tersenyum sinis dan mulai berbicara kembali untuk memaksa gadis itu mengungkapkan Isi hatinya yang selama ini berusaha ia sembunyikan dari siapapun .
"Gak apa apa kali... ngungkapin rasa suka ke seseorang didepan orang yang mencintai nya juga..."tambah Melisa lagi dan mulai menatap Kirana dengan dingin.
Deg
Kirana mengernyit bingung melihat perubahan nada bicara dan emosi Melisa akhir akhir ini, ia merasa bahwa Gadis itu telah berubah drastis sejak kematian adiknya yang terjadi karena tragedi waktu itu.
Ditambah lagi dengan problem percintaan mereka yang rumit,Kirana sangat yakin bahwa gadis itu kini sangat membenci dirinya.
"Kok diem Ra...masih gak mau jujur juga sama aku..."ucap Melisa dengan tatapan yang sulit diartikan dan merubah posisi tangannya,ia benar-benar jengah menunggu Kirana untuk menjawab setiap inci pertanyaan nya.
Deg
"Maaf Mel..."Dua kata yang berhasil lolos dari mulut Kirana setelah mencoba untuk memberanikan diri berbicara dengan Melisa,padahal dahulu Melisa lah yang sangat gugup berbicara dengan nya.
Ckkkk...
Melisa tersenyum sinis dan perlahan membuang pandangannya ke arah luar jendela dengan kedua tangan yang bertumpu di sisi jendela.
Padahal ia berharap bahwa Kirana akan berbicara yang sejujurnya,tapi gadis itu malah mengucapkan dua kata yang sangat tidak berguna untuk didengar.
"Maaf kamu gak akan balikin semua nya Ra...Gak akan buat afian mendadak suka sama aku, apalagi buat Julian hidup kembali!"Tekan Melisa dengan dada yang sedikit sesak saat menyebutkan nama adik nya setelah sekian lama ia berusaha melupakan kejadian hari itu.
Kirana menghela napas berat dan menggenggam tangannya erat,ia tau benar bahwa sahabatnya itu tidak menyukai jawabannya barusan.
"Jadi gue harus apa Mel,apa yang harus gue lakuin supaya afian suka sama loe...Karena untuk menghidupkan Julian Kembali ...itu gak akan mungkin..."lirih Kirana dengan perasaan yang amat bersalah.
Huhhh...
Melisa menghela napas berat dan berbalik badan menghadap Kirana sambil memasang wajah datarnya.
"Bahkan untuk buat afian suka sama aku, itu juga gak mungkin Ra!"Tambah Melisa lagi.
Deg
Kirana mengernyit bingung dengan ucapan Melisa yang terus-menerus seakan meyakinkan dirinya bahwa sampai saat ini afian masih setia mencintai dirinya saja.
"Terus...semua perlakuan manis afian ke loe itu apa mel?, gue yakin itu semua bukan sekedar rasa kasihan doang...tapi dia bener bener tulus..."bantah Kirana dan merasa yakin dengan dugaannya.
"Kamu salah Ra...Bahkan sampai saat ini..semua ketulusan afian itu cuma buat kamu,dan masalah perlakuan afian ke aku akhir akhir ini...itu semua Karena permintaan aku ke dia,dan wujud kebaikan hati afian yang gak akan pernah aku temuin disiapa pun..."jelas Melisa dengan tatapan sendu yang menusuk.
Deg
Ia merasa sakit saat harus kembali menjelaskan bahwa orang yang dicintai nya sangat mencintai sahabatnya sendiri.
"Itu gak mungkin...."lirih Kirana sambil memijit pelipisnya yang kembali berdenyut.
Kirana semakin bingung dengan penjelasan Melisa yang semakin berbelit Belit, bagaimana ia bisa yakin bahwa afian masih saja mencintai dirinya bahkan setelah berulang kali ia sakiti.
Mengapa ada pemuda yang begitu gigih mencintai seseorang dengan tulus tanpa berniat mendapatkan balasan apapun dari cintanya itu.
Ia tetap berusaha menjaga orang yang dicintai nya meski ia tau bahwa hadirnya tidak pernah dibutuhkan dan dihargai oleh orang yang dicintai nya itu.
***
Flash back Off :
Afian terdiam dan merasa tidak percaya dengan apa yang diucapkan Melisa barusan.
ternyata dugaan Lila selama ini benar,bahwa Melisa menyimpan perasaan padanya secara diam diam.
"Se..Jak kapan loe suka..sama ..gue?"tanya afian mendadak gugup.
"Sejak pertama aku kenal sama kamu...sejak itu aku jatuh cinta sama kamu...tapi aku bukan Kirana yang berani mengungkapkan perasaan nya,dan aku gak seberuntung Kirana yang bisa memilih untuk bersama dengan orang yang dia cintai!..hiks..hiks.."tegas Melisa sambil terisak.
Afian semakin merasa tidak percaya dan semakin merasa bersalah pada Melisa tentang semua perlakuan nya dulu kepada dirinya.
Ia yang selama ini mengira Melisa adalah seorang sahabat munafik yang selalu mementingkan diri sendiri,adalah orang yang berusaha menyimpan rasa cinta padanya,namun malah dituduh mencintai orang lain dan membuat sahabat nya terluka.
"Maaf Sa!"seru Afian lemah dan perlahan mendekap tubuh Melisa dalam peluk nya yang hangat.
***
Melisa Dan Afian duduk diam dikursi yang ada ditaman kampus mereka.
Sejak percekcokan tadi,mereka berdua jadi merasa canggung satu sama lain.
"Mel ...Loe tau kan gimana rasanya cinta sepihak yang gak berbalas.."
"Hmmm..."Dehem Melisa sambil menekan nekan jari jari nya kekursi.
"Dan loe pasti tau rasanya gimana sulitnya Nerima seseorang yang gak loe cintai, walaupun seseorang itu mencintai loe dengan tulus..."Tambah afian lagi.
Deg
Melisa tersenyum tipis dan mengerti arah ucapan afian yang sedang mencoba menolak cintanya secara halus.
Mungkin bagi Melisa,saat ini Tuhan sedang melampiaskan rasa sakit hati Revan yang pernah ia tolak dulu melalui orang yang sangat ia cintai.
"Dan gue ada difase itu Sekarang Mel..apapun yang terjadi,biarpun cinta gue gak berbalas selamanya..gue gak bisa Nerima orang lain dan berpura pura mencintai orang itu..."jelas afian lagi sambil menghela napas berat.
Melisa tersenyum getir dan memberanikan diri untuk menatap afian yang kini menatap nanar lurus kedepan.
"Kamu tenang aja Fian...aku cuma berusaha untuk mengungkapkan rasa cinta aku yang udah lama terpendam,masalah jawaban...itu semua hak kamu...
Terkadang mengungkapkan jauh lebih baik walaupun tanpa balasan,daripada memendam rasa tapi serba salah dengan rasa luka..."Jelas Melisa sambil tersenyum tipis.
Afian menoleh menatap Melisa dan menatap kagum dengan prinsip gadis tersebut.
Ia berharap suatu saat nanti gadis itu akan mendapatkan seseorang yang sangat mencintai dan menyayanginya dengan tulus.
"Thanks Mel...loe udah paham dengan apa yang gue maksud...Gue berharap...suatu saat nanti...ada seseorang yang mencintai dan menghargai diri loe apa adanya..."ucap afian sambil tersenyum hangat.
"Dan aku berharap...semoga orang itu kamu afian...Karena sangat sulit mencintai orang baru dan melupakan kenangan lama..."batin Melisa.
"Aku boleh minta satu hal gak sama kamu...kalau boleh..."lirih Melisa dan menatap ragu Afian.
Afian mengernyit kan dahi nya dan menghadapkan badannya kearah melisa.
"Boleh dong ...loe mau minta apa?"tanya afian serius.
"Aku mau kamu jadi Abang aku Fian... setidaknya itu cara terbaik supaya aku gak kehilangan kamu..."
Deg
Afian terdiam sejenak dan meresapi kata kata Melisa barusan.
Dalam sejenak ia bingung harus menjawab apa,namun permintaan gadis itu juga tidak akan menyakiti ataupun merugikan dirinya.
Apalagi Melisa sudah kehilangan sosok ayah dan adiknya,apa salah nya sekarang gadis itu meminta seseorang yang ia cintai untuk menjadi Abang nya.
"Iya...Gue bersedia...mulai sekarang,gue bakalan jadi Abang loe dan nyayangin loe kayak adek gue sendiri... walaupun sebenarnya gue anak tunggal...tapi gak masalah...gue bakalan jadi Abang yang baik dan gak akan pernah ninggalin loe..."Janji afian sambil tersenyum hangat pada Melisa.
Hati Melisa sedikit berdenyut mendengar jawaban afian, bukannya menyesali permintaan nya sendiri.
hanya saja gadis itu merasa sakit saat mengetahui bahwa afian benar benar tidak akan pernah menjadi kekasihnya.
"Makasih ya..."lirih Melisa dan kembali meneteskan air matanya.
Afian mengangguk cepat dan kembali menarik Melisa dalam pelukannya.
Kini Melisa dapat merasakan hangat dalam pelukan afian, walaupun kehangatan itu hanya sebatas Abang dan adik.
Namun Melisa sedikit merasa bahagia,karena pada akhirnya afian akan menjaga dan menyayanginya sebagai seorang Abang ,walaupun tidak akan pernah mencintai nya selayaknya perasaan nya.
๐๐๐