Aku menangkap wajah Jebran yang tadinya sempat memerah, kini bahkan lebih merah padam ketika ajakan nikah kepadanya.
Jebran menaruh perhatian dan kecemburuan di atas kebahagiaanku. Lantas, siapa yang akan disalahkan? Jebran cemburu padaku karena pekerjaan misi yang lantang kami jalankan itu.
"A-apa yang kau katakan?!"
Jebran mengutarakan pertanyaan sekaligus gelisahnya.
"Hahaha, mau tidak menikahiku?"
Kini, aku mulai menggodanya.
Kakiku mengaitkan dirinya dari bawah meja. "Hahaha, lihatlah dirimu! Begitu kikuknya dengan pacarmu sendiri?" kekehku.
Aku ingin tertawa sekuatnya, tapi orang lain akan curiga kepadaku. Ah, aku tidak memperdulikan hal semacam itu. Di dunia ini ada jutaan orang gila, bahkan siapapun. Semua orang pasti mengalami kegilaannya pada masing-masing.
Gila uang, gila uang, gila jabatan dan masih banyak lainnya. Tapi, kalau aku gila apa? He he.
"Jebran, Jebran," ringisku masih pada tawaku.
"Kau ini," gerutu Jebran.