Mobil Jebran masih memimpin jalanan menuju kediamanku. Dimana mereka pasti sudah tidak sabar untuk tiba di rumah masing-masing. Sinar cerah matahari masih bersinar cukup silau.
Di saat kami berdua masih memakai mantel tebal seakan salju terus turun ke tanah. Namun, jarak yang ditempuh cukup lumayan memakan waktu. Aku saja menyenderkan tubuh sambil memejam sesaat.
"Kau lelah? Besok beristirahatlah!" sebut Jebran santai.
"Mana bisa?" keluhku menggeleng.
"Jangan paksakan dirimu, Emira!" cegah Jebran.
"Besok aku akan datang ke kantor," putusku lebih gesit.
"Hmm, terserah kalau begitu. Dasar keras kepala!" gumam Jebran merendah.
"Aku mendengarmu," dengusku memejam mata.
"O, aku kira telingamu sudah ditutup oleh sesuatu," gerutu Jebran.
Semakin tak terasa kalau jarak dan waktu itu menemani perjalanan panjang kami. Tibalah kami di rumah yang paling nyaman seumur hidup ini. Aku pun terpengah akibat gesekan ban mobil yang mulai melambat.