Aku mengendurkan kepalaku dari wajahnya, perasaan ini hadir kembali. Jebran menjelaskan semua titik permasalahnnya selama ini. Cuaca dingin semakin menusuk tulang belulangku.
"Kau akan tidur di mana?" tanyaku penasaran.
"Di rumahmu," sebutnya.
"Hah?" kelitku tidak setuju.
Jebran menarik bahuku untuk berjalan, melirikku sambil meringis tertawa kecil, "Hahaha, tidak! Aku akan tidur di apartemen Wilson, dia pergi ke sini tanpa memberitahuku," ungkap Jebran mengernyitkan dahinya.
Aku mengikuti langkahnya menaiki anak tangga, tangannya masih di atas pundakku. Satu persatu anak tangga menemani perjalanan kami menuju tingkat yang lebih tinggi.
Mudahkah baginya setelah melakukan ini kepadaku selama satu tahun terakhir, tetapi kembali dengan cara yang begitu misterius. Baru aku menyadari kalau ia benar-benar datang di waktu yang tidak terduga.
