Aku merasakan kehangatan di dalam dekapan Yurika kepadaku. Seorang wanita yang pertama aku temui dalam keadaan lemah tak berdaya, kini kulihat sejuta ukiran senyuman telah hidup kembali.
Bukannya aku yang menyelamatkan dirinya dari sebuah kematian, tetapi Tuhan masih menyayanginya untuk tetap harus hidup dengan baik. Masih ada yang harus ia pertanggungjawabkan dalam menghadapi permasalahan.
Yurika mengendurkan dekapannya, melirik wajahku yang mengikuti gaya rautnya berbicara tanpa suara. Aku melihat ukiran yang senantiasa bebas menyinari perasaan.
"Yurika, I am gonna miss you!" sebutku.
Aku akan merindukanmu, aku mengatakan seolah-olah dari hal terakhir dari pertemuan ini. Kata pamit dari Daichi membuatku untuk mengatakan demikian.
Yurika membalasnya dengan sebuah anggukan pelan ke arahku, "Hem, aku juga akan merindukanmu, tetaplah berteman walau harus melewati media," pintanya lirih.