Panggilan tak terjawab dari sebelah tanganku yang masih kuat memegang erat ponsel milikku. Bukan senandung rindu yang ingin aku ucapkan, tetapi hanya untuk memastikan suara dari jauh sana. Mataku merendahkan posisi penglihatan menuju ruang tengah dengan sorotan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela kaca.
Aku memajukan langkah menaruh ponselku ke atas meja yang ada di dekat kursi santai. Aku berdiri di depan jendela kaca melihat apa yang terjadi di luar apartemen. Untungnya posisi ini sangat spesial bagiku karena menghadap Menara tinggi di Tokyo.
Setelah memperhatikan tiang-tiang besi dari jauhnya penglihatan, rasanya aku lebih tertanam rasa kerinduanku pada bangunan Monas yang ada di Jakarta.
"Hemm …."
Aku menarik napas, lalu membuangnya. "Huuuft …."
Aku kira ada yang bisa kudengar dari panggilan teleponku tadi, ternyata pilihanku untuk menghubungi Jebran bukan di saat yang tepat.