Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 97 - Bab 96

Chapter 97 - Bab 96

"Gimana urusan Lo sama Rani udah kelar Sak?" Tanya Andrew. Ia dan teman-temannya sedang ada di kafe Bang Jay.

"Udah, tapi Gue masih belum tahu dan gak mau tahu siapa Bos mereka," jawab Saka sambil menghisap rokoknya.

"Loh kenapa? Bukannya Lo harus ketemu sama pelakunya supaya Kak Alex bisa dapet keadilan kan?" kata Egi.

"Bukannya gimana yah, tapi supaya bisa tahu siapa pelakunya tuh harus menuhin banyak syarat. Kemarin aja Gue hampir di perkosa," kata Saka hingga membuat teman-temannya melotot.

"Tapi Lo masih perjaka kan?" Tanya Christ.

"Tenang aja masih kok, dan orang yang kerja sama sama Rani bakal sukses bikin kalian kaget," ucap Saka.

Egi, Andrew, dan Christ menatap satu sama lain, "siapa orangnya?" Tanya Egi.

"Kalian gak perlu tahu, Gue udah janji sama dia buat rahasiain ini dari kalian."

"Terus? Lo pasti suka ya sama dia? Hayo ngaku loh!" Ujar Andrew sambil menggoyangkan tubuh Saka.

"Siapa orangnya Sak? Setelah bertahun-tahun akhirnya Lo menemukan cewek yang Lo suka. Selamat ya Saka ternyata Lo gak ngondek," kata Karin yang baru saja datang bersama Nayara.

"Hidih!!! Jangan ngomong sembarangan ya Lo! Gue masih normal cuma belum ketemu aja sama yang cocok," teriak Saka.

"Astrid tuh," kata Egi saat melihat Astrid datang untuk bekerja.

"Astrid," panggil Mbak Andra.

"Kemarin kamu kemana? Kok gak kerja? Gak ada kabar pula juga," kata Mbak Andra.

"Kemarin saya sakit Mbak," jawab Astrid.

"Itu kepala kamu kenapa pake perban? Kamu habis jatuh?"

"Owh, ini habis kejeduk aja sih disekolah kemarin," jawab Astrid.

"Kemarin Lo kan gak sekolah, Nayara yang bilang," kata Karin.

"Eh itu...."

"Udah sih kasihan dia sampe ketakutan gitu kalian tanya-tanya. Intinya dia ada disini baik-baik aja udah selesai. Iya kan?" kata Saka.

"Saka, tumben banget Lo ngebelain orang. Fiks, Astrid orang pertama yang dibela sama Saka," kata Christ heboh.

"Apaan sih Lo lebay amat! Gue cuma bilang gitu karena kasihan. Bukan karena yang lainnya."

"Yakin Lo?" Tanya Andrew.

"Yakin lah, Gue mau balik duluan yah. Mau nyiapin buat sekolah."

"Lo mau balik sekolah lagi Sak?" Tanya Bang Jay.

"Iya Bang, ngapain juga Gue nganggur ngerjain hal yang gak berguna."

"Bagus deh, semangat yah. Jangan bikin rusuh mulu Lo disana nanti. Kalau butuh apa-apa minta Gue aja," kata Mbak Andra.

"Iya Mbak, makasih ya," Saka lalu keluar dari kafe Mbak Andra.

****

"Besok kamu aja yang nabur abu kakak kamu ke pantai. Ayah sama Ibu bakal balik ke Amerika buat ngurusin bisnis," kata Ayah Alex.

"Ibu juga? Bukannya Ibu udah janji bakal terus ada disisi Alexa?" Tanya Alexa tak percaya.

"Ibu kamu juga harus hadir disana, dia yang jadi pendamping Ayah nanti," kata Ayah Alex.

"Ibu beneran bakal pergi sama Ayah?" Tanya Alexa sambil menatap ke arah Ibunya.

"Maafin Ibu Nak, Ibu gak punya pilihan lain lagi," kata Ibu Alex sambil menangkup wajah Putrinya.

"Bahkan disaat Kak Alex udah gak ada kalian masih aja mikirin bisnis kalian. Kak Alex juga butuh kalian, kalian yang udah buat Kak Alex jadi kaya gini. Kalian sadar gak sih?" teriak Alexa.

"Alexa bukan kaya gitu, Ayah juga kerja supaya kamu bisa hidup enak sayang. Mama minta tolong sama kamu yah sekali aja," kata Ibu Alex yang membuat Alexa semakin marah.

"Kalau udah hidup enak terus apa lagi? Ibu gak sedih udah kehilangan anak Ibu?" Tanya Alexa.

"Kak Alex udah berjuang sendiri selama ini tapi kalian malah nyia-nyiain anak kaya dia! Seharusnya dia bisa jadi pewaris kalian kalau kalian gak maksa dia buat ngelakuin apa yang kalian mau!"

"Udah Bu, kita harus berangkat sekarang. Pesawat akan berangkat tiga puluh menit lagi," kata Ayah Alex.

Orangtua Alex pun keluar dari rumahnya dan membiarkan Alexa menangis sendirian. Alexa tak menyangka jika keluarganya akan setega ini. Masalah warisan pun belum terselesaikan.

"Alexa?" panggil Hao dari depan pintu rumah Alex yang kebetulan belum di tutup.

"Ha-Hao? Hao hiks," Alexa makin menangis saat melihat Hao.

"Hei kok nangis sih? Ada Gue disini Lo gak perlu khawatir, oke?" Hao langsung menghampiri Alexa yang menangis.

"Ayah sama Ibu Gue jahat banget ya Ho? Padahal mereka gak ketemu Kak Alex bertahun-tahun dan sekalinya ketemu Kak Alex malah koma terus meninggal," kata Alexa. Kini Alexa dan Hao berada di ruang makan rumah Alex.

"Gue nyesel banget dulu gak pernah berani nyampein isi hati Gue ke Kak Alex. Gue nyesel sekarang dulu lebih milih hidup enak daripada sama Kak Alex," kata Alexa sambil memandang lurus ke depan.

"Lo gak salah Sa, dan orang tua Lo pun gak salah. Mereka bener, kalau mereka gak kerja ya Lo emangnya mau hidup menderita?" kata Hao.

"Memang harta lebih penting dari anak sendiri? Gue bingung tentang itu," jawab Alexa.

"Sebenernya Gue juga gak suka sama orang tua Lo, maaf. Gue kesel banget tuh waktu pemakaman Alex, Tante sama Om Lo dan orang tua Lo malah ngomongin tentang warisan mana serius bat lagi. Gue gak enak sebenernya ngomong gini sama Lo," kata Hao.

"Gapapa, itu kan faktanya. Gue disuruh nabur ke laut sendirian sedangkan mereka malah keluar negeri buat ngurusin bisnis," kata Alexa.

"Sendiri?" Tanya Hao sambil memberian senyum smirknya.

"Iyalah, kenapa Lo senyum?"

"Terus Gue sama yang lain emang bukan keluarga Lo? Apapun keadaannya kita bakal nemenin Lo sama Alex sampai akhir. Jangan ngerasa sendiri lagi mulai sekarang, oke?" Hao membelai wajah Alexa yang basah akibat air mata.

seminggu kemudian...

Hari ini adalah hari dimana Alexa dan teman-temannya akan menabur bunga untuk Alex. Bahkan William, Justin, Jesse, dan Jason pun dating.

"Kak yang tenang yah disana. Alexa bakal baik-baik aja disini, kan ada temen-temen Kakak yang jagain Alexa. Alexa sayang Kak Alex," dengan berat hati Alexa menaburkan bunga ke laut dengan air mata yang mengalir.

"Alex, Gue bakal jadi orang pertama yang bakal maju kalau ada yang ganguin adik Lo. Percayain dia sama Gue," kata Hao.

"Tanda nih Ho?" teriak Reiga heboh.

"Lanjut dong Ho, langsung di depan Kakaknya lah," teriak Putra.

"Sebenernya ini Gue persiapin dari awal. Alexa, Lo mau kan jadi pacar Gue?" Tanya Hao.

"Gue..," belum selesai Alexa menyelesaikan kata-katanya, Hao sudah terlebih dahulu mencium bibir Alexa.

"Aaaa Kak Hao….Karin baper nih….," teriak Karin.

"Gue gak nerima penolakan," bisik Hao.

"Makasih ya," ujar Alexa dan memeluk Hao.

"Uuuuuuuu CIE CIE…." Teriak semua teman mereka.

"Padahal ini hari yang sedih loh buat kak Alexa, tapi Kak Hao berhasil buat Kak Alexa senyum lagi," ujar Nayara.

"Sayang ikut aku dulu yah," kata William lalu menarik Nayara menuju mobilnya.

"Will kita mau kema- Ahk!"

Tangan Nayara langsung dipegang oleh William dan William mengunci tangan Nayara di atas kepala Nayara. William membelai wajah Nayara sehingga membuat darah Nayara berdesir. William pun mendekatkan wajahnya ke wajah Nayara, membiarkan Nayara ikut merasakan napas William. Nayara memejamkan matanya, sekian senti lagi bibir mereka akan bersentuhan.

Bip Bip Bip

"Nanti aja ciumannya dirumah woy!" teriak Saka.

"Sayang kita keciduk lagi," kata Nayara.

"Emang kita pernah keciduk ya sebelumnya?" Tanya William bingung.

Sial! Nayara mengingat kejadian saat dia diciduk oleh pengendara bersama Jesse. Nayara pun kaget dan mencoba mencari alasan.

"Owh yang kita hampir ciuman di rumah kamu waktu itu yah? Iya aku inget sekarang," kata William sehingga membuat Nayara lega.

"I-iya yang itu," kata Nayara.

"Buruan woy Lo berdua balik, jangan ke semak-semak! Kita duluan," kata Christ.

"Iya hati-hati," kata Nayara sambil menahan malunya.

"Will langsung ajak pulang loh temen Gue," kata Saka

"Sip! Btw Kak Hao sama yang lainnya?"

"Mereka katanya mau ke suatu tempat gitu, tapi kita gak dikasih ikut. Jadinya kita disuruh duluan aja."

"Owh yaudah kalian hati-hati juga pulangnya. Serahin Nayara sama Gue," kata William sambil merangkul Nayara.

"Cie Hao udah resmi jadian sama Alexia. Pj dong Ho," kata Nicholas dari layar ponselnya.

Nicholas tidak bisa menghadiri acara hari ini.

"Makanya Lo buruan selesaiin kuliah Lo disana terus buru-buru balik ke Indonesia baru deh bisa ngasih Pj. Raya gimana kabarnya?" Tanya Alexa.

"Dia baik kok, masih di kampus sekarang. Gue mau otw kampus dulu yah nanti Gue telephone lagi," kata Nicholas.

"Kita jadi kan ke villa sekarang?" Tanya Bang Jay.

"Maaf Bang, Gue harus kerja hari ini. Dari kemarin Gue juga belum pulang," kata Nathan tak enak hati.

"Bilang kek dari tadi. Yaudah sana pulang dulu kasihan Freya nungguin Lo nanti. Titip salam ya buat anak Lo," kata Alexa.

"Thanks ya, nanti malem Gue usahain dateng bareng keluarga kecil Gue," kata Nathan.

"Iya Bang Toyib," ejek Reiga.

"Duluan ya semua, duluan ya Mblo," kata Nathan sambil menepuk pundak Reiga.

"Sialan!"

"Yok kita juga berangkat," kata Bang Jay.

"Kira-kira mereka kemana ya?" Tanya Egi penasaran.

"Lo inget gak sih sama villa yang pernah kita datengin bareng mereka waktu kecil? Nah kayaknya mereka kesana. Soalnya setahu Gue itu tempat favorit Kak Alex," kata Christ.

"Oh inget! Udah lama banget gak kesana. Nanti kita juga kesana gak sih?" Tanya Karin.

"Iya tapi malem, kalian bisa gak? Gue sih nggak soalnya besok Gue bakal ke sekolah baru Gue," kata Saka.

"Berarti nanti Lo bakal satu sekolah bareng kita dong? Wih asik nih," kata Andrew sambil merangkul Saka.

"Egi Lo kenapa gak sekolah disini aja bareng kita?" Tanya Karin.

"Gue seneng aja sih di sana, dapet suasana baru. Lagian Mama sama Papa kan kerjanya disana jadi Gue juga harus disana dong," jawab Egi.

"Padahal Egi yang paling waras diantara kalian semua," gumam Karin dan didengar oleh semua temannya.

"Apa?" teriak semuanya berbarengan.

Nayara pulang bersama Jason Jesse, dan William.

"Jesse udah lah, Alex juga udah maafin Lo kan?" kata Jason sambil menepuk bahu adiknya itu.

"Bener kata Kak Jason Kak Jesse, gak baik mikirin orang yang udah meninggal nanti arwahnya gak tenang," kata Justin.

"Lagian Lo sih dulu main tusuk aja," kata William dan ditatap tajam oleh Nayara.

"William…"

"Maaf hehe. Yang penting sekarang Lo nyesel dan mau rubah sikap Lo, semuanya bakal aman. Berhenti main geng-geng kaya gitu," kata William.

"Percuma Lo ngasih tahu dia, dia batu Will. Gue yang sebagai abangnya aja gak pernah digubris saran Gue," ujar Jason.

"Tapi Kak Jesse…." Justin menatap Jesse dengan penuh arti, begitupun dengan Jesse.

"Apa?" Tanya Jesse.

"Gue juga gitu kok sama Abang Gue. kayak Gue tuh ngerasa kalau omongan dia tuh gak penting gitu," kata Justin dan membuat William serta Jason menghela napas pasrah.

"Sabar banget Gue punya adik kaya Lo berdua. Habis ini Nayara langsung pulang?"

"Iya Kak."

"Kenapa gak ikut kita aja kak? Habis ini kita mau makan dulu baru pulang," kata Justin.

"Gak bisa, lain kali aja. Dirumah masih ada kerjaan soalnya," padahal Nayara hanya tidak ingin keluar saja.

"Owh gitu ya, kalau gitu kita pamit duluan yah. See you Nay," kata Jason.

"Nanti aku main kerumah kamu yah sayang," kata William.

"Iya hati-hati ya Kak," Nayara lalu masuk kedalam rumahnya.

Setelah sampai di dalam rumahnya, Nayara langsung menuju dapur dan mengambil air. Dirinya lalu duduk bersandar di sofa.

"Bisa-bisanya Gue masih kepikiran tentang Jesse. Untung tadi William gak curiga sama Gue. sebenernya Gue masih suka gak sih sama Jesse?" kata Nayara kepada dirinya.

Nayara memutuskan untuk mengambil bukunya dan menuju gazebo rumahnya. Nayara dikagetkan dengan kedatangan Andrew, Karin, dan Egi.

"Woii! Diem-diem bae mbaknya, lagi ngapain?" Tanya Andrew.

"Lo gak lihat apa dia lagi baca buku? Pake nanya segala," teriak Karin.

"Karin, Lo tuh jangan suka teriak-teriak kenapa sih? Awas loh Christ gak suka sama Lo lagi," kata Andrew.

"Ih Lo jangan ngomong gitu dong, kalau beneran kejadian gimana? Ngeselin banget Lo!" Teriak Karin.

"Ini Saka kemana?" Tanya Nayara.

"Dia bilang mau keluar sama temennya. Tumben dia mau gaul sama temennya," kata Egi.

"Btw Nay, Astrid tuh tinggal dimana sih? Udah lama temenan tapi Gue gak pernah di undang ke rumahnya. Orang tuanya juga Gue jarang lihat, gak pernah deng," kata Karin.

"Tanya aja langsung ke orangnya, Gue juga kurang tahu." Bohong Nayara.

"Kemarin Gue lihat Astrid sama Saka habis keluar dari rumah sakit kalian tahu mereka jenguk siapa?" Tanya Egi.

"Saka? Nganterin Astrid ke rumah sakit? Salah lihat kali Lu Gi. Gak mungkin Saka peduli sama orang," ujar Andrew.

"Fiks kalau misalnya emang bener Saka rela nganterin Astrid. Astrid orang yang layak untuk Saka," kata Egi.

"Tapi Saka layak gak untuk Astrid?" Tanya Karin.

"Nah itu saya kurang tahu juga," jawab Andrew cengengesan.

"Nay entar Lo bareng kakak Lo ke villa? Katanya si Christ gak bisa ikut. Apa Gue juga gak usah ikut yah?" kata Karin sambil cemberut.

"Ya terserah Lo sih, kalau mau ikut ya boleh. Kalau nggak juga gapapa. Senyaman Lo aja," jawab Nayara.

"Christ sama Saka gak ikut, mereka sibuk. Gue maunya juga gak ikut tapi tiga hari lagi Gue bakal balik ke Palembang," kata Egi.

"Kenapa Lo gak sama Kak Reiga aja disini? Kan Kak Reiga juga anak tehnik. Sekalian bisa ngajarin Lo juga 'kan?"

"Ya Lo gampang ngomongnya, Gue gak mau ganggu kehidupan kakak Gue. Lagipula, Gue seneng kok di Palembang."

"Gue bakal kangen banget sih sama Lo jujur. Gimana kalau kita ngadain acara sendiri? Kita biarin Kakak kita ngelakuin acara mereka sendiri," usul Andrew.

"Tapi kalau nggak ada yang dateng ya percuma yakan?" kata Egi.

"Kok gak ada yang dateng? Kan kita ngerayainnya disini aja. Undang pacar Lo sama mantan Lo Nay biar rame. Temen sekolah Lo yang waktu ini dateng ke acara tujuh belasan juga ajak kalau perlu," kata Karin.

"Kita bikin acara malem ini? Pastiin dulu nanti takutnya ghosting."

"Pasti dong kita buatnya yang simple aja biar gak ngabisin banyak waktu. Tapi…."

"Tapi kenapa Andrew?"

"Gue jadi ngerasa gak enak sama almarhum Kak Alex."

"Nah Gue juga rada ngerasain kaya gitu sih. Tapi coba kita tanya Bang Jay," kata Egi.

"Kayanya dikasih deh, soalnya kemarin Gue denger Kakak Gue telponan sama siapa gitu katanya gak usah ngajak kita biar gak repot," kata Karin.

"Serius Lo? Wah gak bisa dibiarin gitu aja nih."

"Oke berarti fiks ya nanti malem di rumah Lo Nay," kata Andrew lalu diangguki oleh ketiga temennya.

Reiga menaruh barang bawaannya dan melihat-lihat ke sekeliling villa. Ia dan temannya baru saja sampai di villa milik Bang Jay.

"Wah dah lama gak kesini, gak kerasa udah tiga tahun semenjak kali terakhir kita kesini," kata Reiga.

"Tempat apa nih?" Tanya Alexa.

"Biasanya kita selalu liburan disini bareng-bareng, ini vila punya Gue," kata Bang Jay.

"Wah Bang Jay kaya juga yah ternyata bisa beli vila," kata Alexa kagum.

"Jangan remeh, Bang Jay tuh sebenernya kaya cuma ketutupan karena sering ngutang di kafe. Makanya dibilang gak modal," kata Putra.

"Gue kaya gini juga berkat bini Gue yang pinter ngatur keuangan."

"Owh iya, Mbak Andra emang gapapa tuh ditinggal sendiri di rumah?"

"Entaran dia kesini, katanya sama Nathan," jawab Hao.

"Sok tahu! Bini Gue gak kesini karena nanti takutnya Kanaya sama Zayn rewel. Habis ini Gue juga mau balik."

"Ah gak seru Lo Bang, kalau Kanaya rewel kan ada Reiga yang bisa jadi babysitter, iyakan Rei?" kata Putra.

"Iya ben- apa Lo bilang tadi?"

"Iya aja Rei, gak asik kalau gak ada Mbak Andra. Kita kerepotan masak," kata Putra.

"Owh jadi Lo semua mau jadiin istri Gue babu di sini? Enak aja! Biarpun istri Gue nanti dateng, tetep Lo semua yang masak! Enak aja!" omel Bang Jay.

"Udah ayo masuk nanti aja lagi ributnya," kata Alexa sambil terkekeh.

"Gimana Nath acaranya? Lancar aja kan?" tanya Freya yang sedang menyiram tanaman.

"Iya lancar, anak-anak mana?" tanya Nathan sambil mencium dahi istrinya.

"Lagi bobok, kamu tahu? Tania udah mulai bisa tengkurep Nath!" Pekik Freya heboh.

"Oh ya? Terimakasih tuhan," kata Nathan lalu mencium kening istrinya.

"Nanti jadi kan ketemu sama temen kamu di vila? Aku pingin mamerin anak aku ke mereka," kata Freya.

"Kamu mau pergi beneran? Iya aku bakal selesaiin kerjaan aku lebih awal kalau gitu. Kamu masih lama nyiram bunganya?"

"Nggak, ini udah selesai kok tinggal ngerapihin sedikit aja. Kamu masuk duluan aja."

"Nggak mau, nanti ada yang nyulik kamu," kata Nathan sambil memeluk pinggang Freya dari belakang.

****

Sandrina membuka pintu kamar Jesse perlahan. Dari Jesse pulang sampai sekarang, Jesse sama sekali belum menghampiri atau bahkan menyapa Sandrina. Sandrina duduk di pinggir tempat tidur Jesse dan membelai wajah Jesse.

"Jesse, aku gak tahu masalah kamu apa. Tapi…. Aku pingin jadi tempat curhat kamu," ucap Sandrina pelan.

"Aku gapapa gak usah khawatir," kata Jesse sambil menggenggam tangan Sandrina.

"Kamu gapapa tapi kok mukanya pucet gitu? Gak dapet nyapa aku lagi dari pagi. Sedih tahu," kata Sandrina.

"Maaf, tapi aku bener-bener capek banget sekarang. Kamu mau pulang gak? Biar aku anterin," kata Jesse.

"Jesse, tapi kan aku tinggal sama kamu di rumah ini," jawab Sandrina keheranan.

Jesse segera bangun dan duduk dengan wajah yang pucat. Dirinya membayangkan Nayara yang sedang mengelus wajahnya, hingga Sandrina dengan jelas mengatakan bahwa dirinya tinggal bersamanya.

"Sayang kenapa? Ada masalah? Atau kamu mimpi buruk?" tanya Sandrina sambil memegang pipi Jesse.

"Ng-nggak kok. Kayanya tadi aku ngigau deh. Kamu mau ngapain kesini?" kata Jesse panik.

"Ngelihat keadaan kamu lah. Dari pagi kamu nyuekin aku mulu.

"Maaf yah, tapi kamu boleh keluar sebentar gak? Aku mau mandi dulu," kata Jesse.

"Iya, tapi habis ini kamu turun yah aku bakal masak buat kamu," kata Sandrina lalu keluar dari kamar Jesse setelah Jesse menciumnya.

"Ahh Jesse lupain Nayara!" katanya lalu mandi. Selesai dengan kegiatannya membersihkan diri, Jesse segera turun sesuai permintaan Sandrina.

"Masak apa kamu?" tanya Jesse.

"Masak kesukaan kamu, ayam kecap," kata Sandrina sambil menyajikan makanan untuk Jesse.

"Ini kan masih siang, nanti kamu masak lagi dong berarti? Gak capek apa masak mulu?"

"Gapapa kan emang ini tugas aku. Lagian masak gak susah-susah amat kok."

"Nanti malem kamu ikut aku yah ke acaranya Nayara?"

"Emang dia ada apa bikin acara?"

"Katanya cuma buat seneng-seneng aja sih. Itu tadi aku dikasih tahu."

"Kayaknya gak dulu deh, aku malu."

"Ngapain malu?"

"Aku udah sering punya masalah sama Nayara, gak enak datengnya. Mau minta maaf juga kayanya udah telat."

"Sayang, nggak kata terlambat untuk minta maaf. Lagian Nayara orangnya pemaaf juga. Minta maaf aja nanti yah?"

"Tapi kerjaan dirumah gimana?"

"Biar pembantu yang lainnya yang urus."

"Gapapa emang? Gak usah deh mending daripada kamu berantem lagi sama Ibu kamu."

"Gapapa, Mama lagi keluar kota gak bakalan pulang. Tenang aja."

"Iya makasih ya," kata Sandrina lalu memeluk Jesse.

****

"Reihan kamu ngapain kesini?" tanya Tiara kaget saat melihat Reihan ada di depan rumahnya.

"Kamu gak inget emangnya hari ini hari apa?" Tanya Reihan sambil melipat tangannya di depan dada.

"Inget lah, tapi kamu kan ada les, jangan-jangan kamu bolos lagi?"

"Nggak lah, aku kan bukan kamu. Aku udah bilang sama guru aku untuk tukar jam les dan guru aku setuju. Gak akan aku ngebiarin kamu sendiri di hari ulang tahun kamu," kata Reihan sambil tersenyum manis.

"Ihh kamu memang pacar ter the best sih. Mau peluk," Tiara dan Reihan pun akhirnya berpelukan.

"Kamu udah makan belum? Mau aku masakin gak?" tanya Reihan tanpa melepas pelukannya.

"Belum, emang kamu bisa masak?"

"Ngeremehin aku nih? Ayo aku masakin, tapi di rumah aku ya? Aku malu kalau disini," kata Reihan. Tiara terlihat ragu untuk sesaat, Reihan lalu menggenggam tangan Tiara, "aku gak bakal macem-macem," Tiara pun mengangguk dan tersenyum.