Chereads / OUR JOURNEY / Chapter 88 - Bab 87

Chapter 88 - Bab 87

"Ngapain tadi Lo Nay sama Astrid?" Tanya Tiara.

"Nggak ada," jawab Nayara lalu duduk dibangkunya.

"Kok Gue ngerasa aneh ya sama Astrid. Bukannya gimana tapi dia agak...caper gak sih?" Tanya Tiara.

"Semua orang kali Lo bilang caper. Nggak nyadar aja diri Lo juga caper," kata Rani yang lewat didepan Tiara bersama Santi.

"Cih."

"Kenapa Lo bilang Astrid caper?" Tanya Nayara.

"Nggak, kaya waktu pertama kali dia dateng dia langsung deket-deket sama Reihan. Bukannya Gue cemburu atau apa, tapi dia kan tahu Gue pacarnya Reihan terus dia malah deket-deket gitu sama Reihan," kata Tiara.

"Ahh perasaan Lo doang kali. Udahlah belajar sana jangan beban pikiran," kata Nayara.

Tiara lalu membalikan badannya dan menscroll media sosialnya. Hingga dia menemukan postingan terbaru Nicholas.

"Nay! Kak Nicholas udah berangkat?" Tanya Tiara sambil memukul meja Nayara.

"Astaga!" Pekik Nayara sambil memegangi dadanya.

"Tir manggilnya yang santai dong, kaget Gue. Iya kemarin kak Niko berangkat," kata Nayara.

"Ihh belum sempet ngucapin salam perpisahan!! Ahh Lo sih Nay gak ngasih tahu dulu!" Kata Tiara.

"Nggak ada yang dateng juga. Cuma temen kak niko, Gue sama mama doang," kata Nayara.

"Papa Lo gak ikut?"

"Nggak, papa waktu itu lagi ada rapat di kantornya jadi gak ikut."

"Tapi tetep aja kan Gue gak ngelihat kak Nicholas untuk kali terakhir," kata Tiara dengan wajah sedih.

"Kakak Gue bakal balik Tir," jawab Nayara.

Nayara sudah mencoba menenangkan Tiara yang sedih karena belum mengucapkan salam perpisahan kepada Nicholas. Namun hasilnya tetap saja gadis itu keukeuh untuk menemui Nicholas.

"Rei, Lo bisa jelasin tentang ini gak?" Tanya Astrid sambil mendekatkan badannya ke arah Reihan.

"Yang mana? Coba Gue lihat," kata Reihan lalu membantu Astrid.

"Tuh kan Nay! Dia tuh caper," bisik Tiara dan menghentikan tangisannya.

"Kan dia cuma minta tolong. Caper dari mana?" Jawab Nayara.

"Kan dia bisa aja nanya yang lain ngapain harus Reihan?" Kata Tiara semakin kesal.

"Sama kan kaya Lo udah punya pacar tapi masih aja nangisin kak Nicholas," kata Rendi yang ternyata dari tadi menyimak kegiatan Tiara dan Nayara.

"Diem gak Lo! Gak usah ikut-ikutan! Kalau gak Gue buang Lo ke Antartika!" Ancam Tiara.

"Ampun...," kata Rendi pelan lalu membalikkan badannya lagi.

"Sama yang ini," kata Astrid sambil semakin mendekatkan tubuhnya kearah Reihan dan membuat Tiara semakin panas.

"Dasar jalang!" Tiara hendak berdiri namun tangannya ditahan Nayara.

"Tir, jangan asal labrak. Siapa tahu dia emang gak ngerti kan? Jadi dewasa lah, ya?" Kata Nayara

"Gue diem karena Lo nahan Gue ya Nay. Gak bakal Gue biarin dia!" Kata Tiara.

Beberapa jam telah berlalu. Semua siswa bersiap untuk pulang.

"Gue duluan ya," kata Nayara lalu buru-buru keluar dari kelasnya.

"Reihan, hmm abis ini Lo free gak?" Tanya Astrid.

"Ngapain tuh cewek nanyain Reihan free apa nggak?" Tanya Tiara dalam hati.

"Iya free kok, kenapa?" Jawab Reihan.

"Itu, Gue mau diskusiin tentang materi yang tadi. Bisa kan?" Tanya Astrid.

"Maaf tapi Gue harus pergi date sama Reihan," kata Tiara dan menyela percakapan keduanya.

"Ohh gitu ya, yaudah deh kayanya Gue emang harus belajar sendiri kali ini. Kalau gitu Gue duluan yah," kata Astrid dengan wajah murung.

"Tunggu Astrid!" Panggil Reihan.

"Sayang, ngapain kamu manggil dia?" Tanya Tiara geram.

"Bisa kan date nya lain kali aja? Kasihan Astrid harus belajar sendiri, gapapa kan?" Tanya Reihan.

"Tapi kan kamu udah janji sama aku bakal nemenin aku seharian hari ini, dan bakal double date sama Rendi sama Wulan," kata Tiara.

"Iya tapi kan bisa lain kali yah? Hari ini aku mau belajar sama Astrid dulu," kata Reihan.

"I-iya deh, tapi aku ikut yah?" Tanya Tiara.

"Iya boleh," kata Reihan lalu mengacak rambut kekasihnya itu.

"Kenapa Rei?" Tanya Astrid.

"Gue temenin Lo belajar," kata Reihan dengan Tiara yang memeluk erat lengan Reihan.

"Terus rencana date kalian?" Tanya Astrid.

"Gara-gara Lo jadi di batalin!" Gumam Tiara.

"Kita bisa nge date lain kali kok. Yuk langsung ke perpus aja," kata Reihan.

"Woyy jadi date gak?" Teriak Rendi yang sudah menggandeng Wulan.

"Gak jadi! Lain kali aja!" Teriak Tiara.

"Lah gimana sih?" Kata Rendi.

Wulan dan Rendi pun memutuskan untuk ke mobil mereka.

"Sayang, kamu ngerasa gak kalau makin hari Reihan makin deket sama Astrid?" Tanya Wulan.

"Nggak," jawab Rendi.

"Ihh! Nggak maksudnya kaya kalau Astrid butuh apa-apa pasti yang dimintain tolong Reihan," kata Wulan.

"Dari pada minta tolong sama aku?"

"Ya kalau gitu aku marah lah! Enak aja minta tolong sama kamu," jawab Astrid.

"Makanya, biarin aja lah. Lagian Reihan juga goblok mau aja dimanfaatin," kata Rendi.

"Dimanfaatin?" Tanya Wulan bingung.

"Nggak, ayo aku ajak kamu date hari ini," kata Rendi dan menggandeng tangan Wulan.

****

"Misi tante," kata Nayara dan masuk ke dalam ruangan William.

"Eh Nayara, udah pulang sekolah ya?" Tanya Adele.

"Iya tante," jawab Nayara.

"Maaf yah, William gak bisa anterin kamu sekolah hari ini. Tante bakal usahain kalau besok dia bisa anterin kamu ya," kata Adele sambil mengelus kepala Nayara.

"Nggak papa kok tante, besok Nayara aja yang jemput William. William kan masih sakit," kata Nayara.

"Baik banget sih kamu. Oh ya, nanti tante mau mampir ke rumah kamu, mau lihat Nia twins, boleh kan?" Tanya Adele.

"Gak perlu tante, Nia twins udah disini," kata Freya dengan senyum cerah khasnya dan sambil mendorong kereta bayi.

"Astaga Freya harusnya kamu gak bawa anak-anak kamu ke rumah sakit, bahaya. Ayo masuk," kata Adele.

"Nggak kok tante, gimana keadaan William?" Tanya Freya.

"Tuh dia masih diinfus, masih pingsan. Nunggu dua puluh menit lagi baru sadar. Kamu kesini sendiri?"

"Nggak lah Tante, ada Nathan dia masih diruangan temennya yang kebetulan juga sakit," jawab Freya.

"Iya bagus gitu, gak boleh kemana-mana tanpa pengawasan Nathan. Apalagi kamu cantik dan masih muda pasti banyak laki-laki gak bener yang bakal ngincer kamu," kata Adele.

"Nayara..," panggil William lirih.

"Apa Will?" Jawab Nayara cepat lalu mendekat ke arah William dan menggenggam tangannya. Tak ada jawaban lagi dari William, dan Nayara merasa khawatir.

"Hmm, Nayara khawatir juga ternyata sama William," guman Adele.

"Tante William kenapa?" Tanya Nayara panik.

"Dia ngigau Nay, gapapa. Dari tadi manggil nama kamu terus. Gak tahu dia lagi mimpi ngapain sama kamu," jawab Adele sambil tersenyum.

"Owh, gitu yah? Sial, kelihatan banget Gue khawatir sama William," kata Nayara dalam hati.

"Tante tahu kok kamu khawatir kan sama William? Cuma kamu takut buat buka hati kamu buat William. Tante juga pernah ngerasain itu," kata Adele.

"Gapapa, sebentar lagi tante yakin kamu bakal buka hati kamu buat William. Dan kamu bakal jadi mantu kesayangan tante," kata Adele. Nayara hanya bisa tersenyum canggung. Sepersekian detik, rasanya jantung Nayara berhenti berdetak. Sebegitu khawatirnya Ia terhadap William.

"Hoooeeekk....Hoooeeekkk...." Secara bersamaan Tania dan Sania tiba-tiba menangis.

Freya bingung ingin menenangkan siapa terlebih dahulu.

"Sini tante bantu nenangin Sania, kamu fokus sama Tania aja. Bawa susu botol kan?" Tanya Adele.

"Bawa tante, makasih ya tante," kata Freya sambil menyerahkan dot susu kepada Adele.

"Nayara, tante titip William sebentar yah. Tante mau ngajak Tania keluar," kata Adele.

"Iya tante," jawab Nayara.

Setelah Adele dan Freya keluar ruangan, di sana hanya tersisa dia dan William. Nayara mendekat ke arah William dan membelai wajah William lembut. Kenapa William bisa setampan ini, batinnya.

"Will Gue sayang sama Lo jujur," kata Nayara.

"Iya Gue tahu," jawab William dengan senyuman namun matanya masih tertutup.

"William?" Kaget Nayara.

"Makanya, Lo mau kan jadi pacar Gue?" Tanya William dengan suara yang sangat pelan.

"Ssstt, William jangan ngomong dulu," kata Nayara.

"Gue gak peduli Nay, jadi pacar Gue yah? Hidup Gue gak berarti kalau gak ada Lo di dalamnya," kata William.

Kata-kata ini lah yang membuat Nayara muak terhadap semua laki-laki yang mendekatinya. Menurut Nayara kata-kata itu hanyalah omong kosong, seperti halnya rayuan belaka. Tapi, kali ini Nayara benar-benar merasakan hal yang berbeda, Ia melihat mata William yang berkaca-kaca. Pikirnya, jika Ia mengiyakan ucapan William, William akan sembuh.

"Iya Gue mau," ucap Nayara.

"Makasih sayang," ucap William dan menjatuhkan tangannya yang semula menggenggam tangan Nayara kini sudah tergeletak di sebelah badannya.

"Will?" Panggil Nayara.

Nayara lega karena William hanya tidur. Bisa dilihat dari napasnya yang teratur.

"William kenapa Nay?" Tanya Adele dan meletakkan kembali Sania yang sudah tertidur.

"Nggak tante, cuma tadi ngelihat ada serangga jadi Nayara bersihin aja," kata Nayara.

"Owh, kalian berdua pulang dulu deh mendingan. Bukannya ngusir, tapi kasihan anak kamu Fey, pasti dia capek banget," kata Adele.

"Iya tante, Nathan juga udah nunggu di parkiran. Nanti kita bakal mampir ke rumah tante," kata Freya.

"Yah, padahal harusnya tante yang mampir," kata Adele sambil menangkup wajah Freya.

"Kan Freya juga belum pernah main ke rumah tante. Sekalian ngeliat-liat juga," kata Freya.

"Iya, hati-hati ya kalian berdua. Titip salam buat mama sama papa kalian," kata Adele.

"Iya tante, Nayara pamit yah," kata Nayara lalu menyalimi punggung tangan Adele.

"Freya pamit ya tante," kata Freya dan keluar dari ruangan itu bersama Nayara.

Selama di perjalanan, Freya dan Nayara hanya fokus ke pikiran masing-masing. Hingga Freya memulai percakapan.

"Nay?" Panggil Freya.

"Iya kak?" Jawab Nayara.

"Kamu ada rasa sama William?"

"Mm, i-iya," jawab Nayara ragu.

"Terus? Kenapa gak pacaran aja?" Tanya Freya.

"Udah kak, tapi jangan bilang siapa-siapa yah? Baru aja tadi soalnya," kata Nayara.

"Hah? Kapan?" Tanya Freya antusias.

"Pas kakak sama tante Adele keluar hehe. Tapi serius jangan bilang kak Nathan yah," mohon Nayara.

"Kenapa emang?"

"Ya, jangan aja gitu. Soalnya tadi William bilangnya pas masih setengah sadar. Siapa tahu dia cuma ngigau doang kan?" Kata Nayara.

"Terus kamu jawab apa Nay?" Tanya Freya antusias.

"Naya jawab iya."

"Wahh!!! Akhirnya kamu pacaran sama William! Pasti mama sama tante Adele seneng banget!!" Kata Freya.

"Kenapa seneng banget gitu kak?" Tanya Nayara.

"Ya seneng lah. Kapal ku akhirnya berlayar,' kata Freya dengan senyuman yang lebih merekah.

"Ngomongin apaan kalian?" Tanya Nathan.

"Kepo deh kamu," kata Freya..

"Nay, Lo bawa mobil sendiri kan? Langsung pulang. Gue mau ke rumah baru Gue," kata Nathan.

"Lo pindahan sekarang kak?" Tanya Nayara.

"Iyalah, kapan lagi emang?" Jawab Nathan.

"Yaudah kalau gitu Gue duluan," kata Nayara lalu naik ke mobilnya dan melajukannya.

"Nayara kenapa sayang?" Tanya Freya.

"Gak tahu," jawab Nathan. Sebenarnya dia tidak tega meninggalkan Nayara sendiri dirumah. Tapi dia harus profesional dan harus memilih prioritasnya.

"Pasti kesepian banget Nayara. Apa kita gak usah pindah aja?" Kata Freya.

"Fey, aku gak mau kita tinggal dirumah mama mulu. Gapapa lagian dia udah gede. Ayo naik," kata Nathan dan mempersilahkan Freya naik terlebih dahulu.

"Aku kalau jadi Nayara pasti sedih juga," kata Freya.

"Ya makanya jangan jadi Nayara," kata Nathan.

"Gak gitu konsepnya Nathan!" Geram Freya.

"Udah ih, gak usah dipikirin," kata Nathan lalu mengusap kepala Freya dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya memegang setir.