"Justin beresin tuh dulu nanti tante Sherina sama Om Rivano mau ke sini," kata Adele kepada Justin.
Justin seharian ini sudah sangat kesal dengan mamanya. Karena William sakit jadi Justin lah yang menjadi asisten mamanya itu. Seperti saat ini, dia sedang membantu mamanya merapikan ruangan William yang cukup berantakan karena tadi Adele sangat panik. Sementara William malah pergi ke kantin bersama Nayara tanpa mengajak Justin.
"Iya iya ma, mana lagi? Biar sekalian Justin beresin," omel Justin
"Bantu mama dong Jus! Kan biasanya kakak kamu," kata Adele.
"Emang dari tadi ini Justin ngapain? Tidur?" Kata Justin frustasi.
"Lagian tadi William malah ke kantin bareng kak Nay, Justin malah jadi babu."
"Yaudah sih terima aja takdir Lo," kata William yang sudah datang bersama Nayara.
"Nyebelin bat Lo!" Kata Justin.
"Ma kenapa gak nyuruh pembantu mama aja? Kasihan tuh Justin ngomel-ngomel mulu dari pagi," kata William.
"Astaga iya mama lupa! Kenapa gak ngingetin mama sih Justin?! Bentar dulu mama mau nelpon," omel Adele lalu pergi ke luar ruangan.
"Njir salah mulu Gue dimata mama Lo Will," kata Justin lalu tidur di atas tempat tidur William.
"Yang sabar ya Jus, Gue juga gitu kok kalo kakak Gue lagi gak ada dirumah pas mama Gue pulang," kata Nayara lalu menepuk bahu Justin dan duduk disebelah William.
"Mulai nempel nih berdua, udah tumbuh benih-benih kah?" Goda Justin.
"Paan anjir belum juga nyoblos," kata William polos.
"Sialan! Gue masih dibawah umur! Gue bilangin mama Lo ya!" Teriak Justin sambil menutup telinganya.
"Males banget Gue duduk deket Lo Jus, emosi Gue malahan," kata Nayara.
"Terserah! Btw kak Niko udh berangkat kan?"
"Iya tadi, Gue sempet pulang tapi kata mama William lagi ada dirumah sakit ya Gue jengukin deh sekalian jenguk kak Alex."
"Kak Alex kenapa dah?"
"Ya gitu," jawab Nayara pasrah.
"Ada diruangan berapa dia? Gue mau jenguk juga," kata Justin lalu berdiri.
"Jangan sekarang, suasana di sana lagi gak bagus. Besok aja," kata Nayara.
"Masuk," kata Adele sambil mempersilahkan Sherina masuk.
"Halo tante," sapa William dan Justin.
"William gak usah berdiri nak gapapa. Astaga pasti sakit ya?" Kata Sherina dengan raut panik sambil menggenggam tangan William yang diinfus.
"Sedikit tante," jawab William.
"Baru kemarin kamu dateng ke party sehat-sehat aja, sekarang malah dapet berita gini. Cepet sembuh ya William kalo udah sembuh jaga kesehatan," kata Sherina.
"Pasti tante," kata William sambil menganggukkan kepalanya.
"Om Rivano mana tante?" Tanya Justin.
"Tuh di luar sama papa kamu lagi ngobrolin bisnis," jawab Sherina.
"Bisnis mulu yah bapak-bapak," kata Justin dan membuat semua orang tertawa.
"Sherina kamu mau minum apa?" Tanya Adele.
"Apa aja boleh," jawab Sherina.
"Oke," kata Adele lalu keluar dari ruangan William untuk membeli minuman.
Adele dan Sherina sepakat menggunakan bahasa semi formal sejak kemarin. Mereka rasa hubungan mereka semakin erat seiring berjalannya waktu.
"Nay kamu nginep di sini gih temenin William. Biarin tante Adele pulang istirahat kasihan dia," kata Sherina.
"Gapapa tante William bisa sendiri kok. Lagian nanti pasti ada pembantu yang bakal nemenin," kata William.
"Loh gak boleh gitu ya Nay!" Kata Sherina dengan tatapan mengancam.
"I-iya Naya temenin," jawab Nayara terpaksa.
"Gapapa tante gak usah. Lagian Nayara kayanya gak ikhlas deh takut nanti malem William di apa-apain sama dia," kata William.
"Gapapa Will, sekalian nyari temen ngobrol. Di rumah sepi soalnya," kata Nayara.
"Jangan buat debay loh kalian nanti," kata Justin.
"Gapapa Will, buat aja nanti mama yang ngerawat," kata Adele dengan minuman botol yang baru saja Ia beli di kantin rumah sakit.
"Frontal amat mama," kata Justin.
"Maaf Sherina cuma bisa ngasih ini. Gak ada yang lain soalnya," kata Adele.
"Gapapa, dari pada enggak," kata Sherina dan mereka berdua menertawakan kejadian konyol itu.
"Pengumuman pengumuman. Jam kunjungan akan segera berakhir, dimohon kepada seluruh pengunjung diharapkan untuk meninggalkan rumah sakit agar pasien tidak terganggu. Sekali lagi Jam kunjungan akan segera berakhir, dimohon kepada seluruh pengunjung diharapkan untuk meninggalkan rumah sakit agar pasien tidak terganggu. Terimakasih."
"Astaga cepat sekali, kalau gitu aku pamit dulu yah. Oh ya tinggalin aja William, Nayara bakal nemenin William malem ini. Kamu istirahat aja," kata Sherina.
"Oh ya? Makasih ya nak, kalo gitu tante juga ikut pamit. Yuk Jus!" Kata Adele dan segera menarik tangan Justin.
"Bye kak Nay! Bentar ma pelan-pelan," kata Justin dan melambaikan tangannya kepada Nayara.
"Loh? Kamu mau kemana sayang?" Tanya Thomas.
"Biarin anak remaja itu berduaan. Ayo kita pulang," kata Adele dan Sherina kegirangan.
"Tapi papa belum sempet ketemu William loh ma," kata Rivanno.
"Gapapa besok-besok aja, ayo buruan pulang!" Perintah Sherina.
"Semangat amat jodohin William sama kak Nay. Justin sama siapa kalo gitu ma?" Tanya Justin.
"Sama siapa aja terserah kamu," kata Adele lalu menggandeng lengan Sherina dan mengobrol ria.
"Sabar ya Justin ppfft!" Ejek Rivano dan Thomas
"Sabar Gue," gumam Justin sambil mengelus dadanya.
"Besok Lo gak sekolah dong Will," tanya Nayara sambil membantu William merapikan tempat tidurnya.
"Ya nggak lah, kan masih sakit," jawab William.
"Berarti besok Gue berangkat sendiri. Udah sini tidur," kata Nayara.
William lalu naik ke atas tempat tidurnya dengan bantuan Nayara. Setelah itu Nayara mengatur posisi badan William, agar laki-laki itu merasa lebih nyaman.
"Nayara," panggil William.
"Kenapa?"
"Nggak," jawab William sambil menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Lo sering nyebut nama Gue akhir-akhir ini?" Tanya Nayara.
"Karena Gue lagi manggil nama calon istri Gue," jawab William sambil menatap Nayara yang sedang merapikan baju-baju William.
"Emang Gue calon istri Lo? Sejak kapan?" Tanya Nayara.
"Orang tua kita udah setuju loh Nay. Lo gak mau gitu...," William menggantungkan kalimatnya.
"Gak mau apa?" Tanya Nayara lalu menghentikan kegiatannya.
"Nggak, Lo mau tidur di mana malem ini?" Tanya William.
"Gue mau ke hotel aja, Lo gapapa kan sendirian?" Kata Nayara.
"Ke-ke hotel? Bukannya Lo mau nemenin Gue ya?" Tanya William kalap. Takut jika Nayara benar-benar meninggalkannya.
"Tadi kan ada mama, lagian masih banyak pelayan Lo kan. Gue pergi dulu ya," kata Nayara lalu melangkahkan kakinya.
"Tunggu! Aakkkhhh....," pekik William. William terjatuh dari tempat tidurnya saat akan mengejar Nayara.
"Kenapa Will? Sakit gak? Bentar Gue bantu Lo," kata Nayara lalu membantu William berdiri.
"Ngapain Lo bangun Will? Butuh apa? Gue ambilin sebelum Gue pergi," kata Nayara.
William hanya menggelengkan kepalanya menanggapi Nayara.
"Yaudah Gue pergi," kata Nayara dan tangan Nayara ditahan oleh William.
"Gue gak butuh apa-apa Nay, Gue cuma butuh Lo. Can you stay?" Tanya William dengan mata yang berkaca-kaca.
Nayara menatap mata William. Sungguh dia ingin memeluk William dan tidur bersama William. Nayara lalu duduk diatas ranjang William dan membawa laki-laki itu ke dalam pelukannya.
"Iya Gue bakal di sini. Tidur," kata Nayara sambil memeluk kepala William.
"Jangan pergi," kata William sambil menangis dan memeluk pinggang ramping Nayara.
"Sssttt jangan nangis. Nangis mulu Lo Will," kata Nayara sambil menepuk-nepuk kepala dan punggung William.
Mereka berdua terhanyut dalam kenyamanan masing-masing. Tak terasa mereka berdua pun akhirnya tertidur dengan posisi Nayara bersandar di kepala kasur dan William berada di atas Nayara dan memeluk pinggang Nayara erat. Pagi pun menyingsing bersamaan dengan terbitnya matahari.
"Di mana ruangan William?" Tanya Bastian.
Pagi ini Bastian, Gisel, Jesse, dan Sandrina akan menjenguk William. Tadi Bastian dan Gisel tak sengaja berpapasan dengan Jesse dan Sandrina diparkiran.
"Ini sih tadi kata Justin. Ruangan nomer dua katanya dari belokan," kata Gisel.
"Yaudah masuk aja cek," kata Sandrina.
"Iya Gue juga tahu kali!" Kata Gisel.
Bastian lalu membuka pintu ruangan William dan melihat posisi tidur keduanya.Mereka ber-empat kaget, terutama Jesse. Jesse merasa cemburu melihat Nayara mengelus kepala William bahkan dalam kondisi tertidur.
"Masuk aja tapi jangan berisik," kata Gisel.
Bastian lalu mendekat ke arah Nayara dan William. Ia tersenyum dan mendekap Gisel dari arah belakang.
"I love you," bisik Bastian ditelinga Gisel.
"Apaan sih Bas? I love you too bye the way," kata Gisel malu-malu.
"Ngghhh," Bastian mendengar lenguhan William.
"Dah bangun Lo? Kasihan noh Nayara Lo tindih gitu," kata Bastian sambil terkekeh.
"Ehh, kalian gak sekolah emang? Pagi-pagi dah ke sini," tanya William setengah sadar.
"Sekarang kita mau ke sekolah, duluan yah. Ini ada makanan sedikit dari kita semoga Lo cukup ya sampe besok," kata Gisel sambil tertawa.
"Sialan Lo! Yaudah hati-hati makasih ya," kata William.
"Cepet sembuh Will," kata Jesse sebelum pergi.
"Thanks!"
"Nyesel Gue," guman Jesse.
William menatap Nayara yang berada di bawahnya. Laki-laki itu lalu membelai lembut wajah Nayara.
"Nayara cantik banget anjir kalo tidur gini, mana dia ada di bawah Gue lagi. Kapan Lo bisa jadi milik Gue Nay? Gue sayang Lo," kata William sambil tersenyum.
William membenamkan kepalanya di celuk leher Nayara, dan tanpa William sadari, ternyata Nayara sudah bangun dari tadi. Ia mendengar semua hal yang dikatakan William. Pipi Nayara memerah mendengar pujian dari William. Nayara menatap jam dinding dan sudah menunjukkan pukul enam pagi.
"Astaga Gue telat!" Pekik Nayara sehingga membuat William kaget.
"Telat kemana Nay?" Tanya William.
"Maaf Will, tapi Gue harus sekolah. Bangun dulu," kata Nayara lalu mengambil jaket, tas, serta kunci mobilnya.
"Nanti Gue ke sini lagi Gue duluan ya," kata Nayara sambil membelai kepala William.
"Hati-hati Nay!" Teriak William.
"Iya," kata Nayara lalu tersenyum dan meninggalkan ruangan William.
"Bisa gila Gue lama-lama sama Nayara. Akkhhh!!!" Kata William sambil memegang dadanya dan merasakan denyut jantung yang kian semakin cepat.
Pagi yang dimulai bersama gebetan memanglah epic!