"Sama-sama, Mbak! Sudah menjadi tugasku juga untuk menjagamu selama Mas Arvin tidak ada di sisimu." Zemira sangat tersentuh dengan ketulusan hati Alara. Betapa mulianya wanita itu, sudah rela di poligami belum lagi sekarang merawat madunya sendiri. Memikirkan hal itu Zemira merasa buruk. Sebagai wanita dia mungkin di becni oleh beberapa orang yang tidak suka dengan poligami, dan dia tahu itu.
Saat tinggal dua suap, tiba-tiba perut Zemira merasakan sakit yang teramat sangat. "Alara! pe…perutku Alara. Sssttt sakit." Alara pun seketika panik, dia mencoba mengusap-usap perut Zemira berharap bisa mengurangi rasa sakit yang tengah melanda. Namun dirinya begitu terkejut kala melihat darah sudah mengalir di kedua pangkal paha Zemira.
"Asatgfirullahaladziim, Mbak. Da…darah Mbak." Sedikit memaksakan diri, Alara mencoba lari mendatangi Mang Ujang.
"Mang…Mang…." Dari kamar mandi, Mang Ujang berlari tergopoh-gopoh menghampiri majikannya.
"Iya, Non! Maaf, tadi ada panggilan alam, Non."