Jam sembilan malam, Alara hendak bersiap untuk tidur. Kali ini, dia berharap suaminya tidak datang kembali. Besok hari libur, dia ingin sekali menikmati liburnya tanpa melihat wajah seseorang yang sudah memporak porandakan hatinya.
Kamar Suci, menjadi miliknya. Pasalnya, semenjak Arvin tidur di Panti tiap malam membuat Suci rela meninggalkan kamar kesayangan demi Alara dan Arvin. Baru saja Alara hendak memjamkan matanya, suara deritan pintu memaksa matanya untuk terbuka dan melihat siapa yang berani masuk kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Mas Arvin!" pekik Alara langsung meraih jilbab instan miliknya.
"Kenapa Mas Arvin datang kemari? Tidak seharusnya kamu setiap malam lakukan ini, Mas!" ujar Alara.